Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Gus Dur Dijemput Rakyat Meninggalkan Istana...

Kompas.com - 26/07/2022, 06:34 WIB
Ardito Ramadhan,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Alissa Wahid menilai, keputusan sang ayah, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, meninggalkan Istana Kepresidenan, Jakarta, pada 26 Juli 2001, 21 tahun yang lalu, bukanlah sebuah kekalahan.

Gus Dur, presiden keempat Republik Indonesia, memutuskan meninggalkan Istana setelah kekuasaannya yang berumur 1 tahun 9 bulan dicabut oleh wakil rakyat melalui Sidang Istimewa.

Saat meninggalkan Istana, Gus Dur memang tidak diiringi oleh cemoohan masyarakat yang merasa berhasil 'menggulingkan' pria kelahiran Jombang, Jawa Timur tersebut.

Sebaliknya, Gus Dur justru disambut oleh lautan manusia yang berkumpul di depan Istana, bagaikan menjemput Gus Dur untuk pulang.

"Aku melihat mana ada presiden Indonesia dijemput rakyat kayak gitu. Enggak ada, itu dijemput, ribuan yang datang ke Istana terus ngiringin keluar kayak ngelindungi mobil ini dari panser-panser dan whatever," kata Alissa yang merupakan anak sulung Gus Dur, Jumat (22/7/2022).

Baca juga: Pertengkaran Gus Dur dengan Megawati dan Politik Nasi Goreng

Saking hebohnya, ujar Alissa, sebuah panggung di kawasan Monumen Nasional yang dipadati rakyat pun hampir roboh.

Menurut Alissa, peristiwa itu membuat Gus Dur sebagai sosok presiden bagi rakyatnya.

"Dulu itu secara politis yang menang aktor-aktor politik tapi rakyat waktu itu (merasa menang juga), aku melihatnya seperti itu," kata Alissa.

*** Local Caption *** Meninggalkan Istana ? Mantan Presiden Abdurrahman Wahid bersama Nyonya Shinta Nuriyah di dalam mobil Mercedes Bernz dengan nomor polisi B 2198 V, ketika meningalkan Istana Presiden di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis, 26 Juli 2001, untuk selanjutnya menetap di ?Istana Rakyat? di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sebelum itu, Gus Dur terlebih dahulu akan meninggalkan Indonesia untuk berobat ke Amerika Serikat.KOMPAS/JB Suratno *** Local Caption *** Meninggalkan Istana ? Mantan Presiden Abdurrahman Wahid bersama Nyonya Shinta Nuriyah di dalam mobil Mercedes Bernz dengan nomor polisi B 2198 V, ketika meningalkan Istana Presiden di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis, 26 Juli 2001, untuk selanjutnya menetap di ?Istana Rakyat? di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sebelum itu, Gus Dur terlebih dahulu akan meninggalkan Indonesia untuk berobat ke Amerika Serikat.

Sejak Sidang Istimewa mulai digelar, suasana Istana ketika itu memang berubah jauh lebih riuh.

Mantan wartawan Harian Kompas Mohammad Bakir mengungkapkan, selama kurang lebih satu pekan, istana menerima tamu yang tak habis-habis datang silih berganti, terutama kiai-kiai dari berbagai daerah.

Baca juga: Momen Haru di Istana saat Gus Dur Dilengserkan: Paspampres Wiridan, Sopir Menangis...

Meski datang untuk membela Gus Dur yang kekuasaannya sedang digoyang, para kiai tersebut juga tidak memaksa Gus Dur untuk terus bertahan di Istana.

Hal ini agaknya sesuai dengan sikap Gus Dur yang memandang tak ada jabatan yang layak dipertahankan dengan pertumpahan darah.

"Sudahlah kalau sudah waktunya Allah sudah menghendaki ya sudah selesai, enggak usah terlalu dipikirin, gampangnya begitu. Para kiai juga gitu, 'ya sudah Gus kalau sampeyan sudah ikhlas, ya kita juga ikhlas'," kata Bakir, Kamis (21/7/2022).

Pada akhirnya, para kiai itu pula lah yang turut mengantarkan Gus Dur meninggalkan Istana.

Bakir menyebutkan, para kiai itu terus mendampingi Gus Dur hingga mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tiba di Ciganjur, kediaman pribadinya.

Baca juga: Pengakuan Gus Dur sebagai Seorang Keturunan Tionghoa...

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com