Sedangkan tujuan yang hendak dicapai gerakan Pan-Islamisme adalah
menghapuskan penjajahan bangsa Barat terhadap umat Islam, serta menghilangkan sifat kesukuan dan golongan untuk mempersatukan umat Islam.
Selain itu tujuan Pan-Islamisme adalah hendak membangkitkan solidaritas antar umat Islam yang bernasib sengsara karena dominasi bangsa Barat.
Tujuan lain dari Pan-Islamisme adalah membangun sebuah sistem pemerintahan Khilafah untuk memajukan peradaban Islam.
Asep mengatakan, pada masa kolonial umat Muslim dari Hindia Belanda dan wilayah lain juga sambil menimba ilmu selepas menunaikan ibadah haji.
Baca juga: Masa Tunggu Haji di Malaysia 141 Tahun, Kemenag RI: Masyarakat Indonesia Lebih Beruntung
Maka dari itu para jemaah haji bisa berada di Tanah Suci Makkah hingga lebih dari 4 bulan, sebelum akhirnya pulang.
Dari proses belajar kepada sejumlah ulama itulah pemikiran tentang semangat anti-penjajahan ditularkan.
Maka dari itu, sejumlah tokoh-tokoh Islam mendirikan organisasi selepas pulang dari ibadah haji.
Mereka adalah KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah pada 1912.
Kemudian, KH Hasyim Asy'ari mendirikan Nahdlatul Ulama pada 1926.
Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam usai ibadah haji pada 1905.
Baca juga: Evaluasi Haji 2022 dan Kritik Pemerintah hingga DPR
Oemar Said Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam pada 1912.
Seluruh organisasi itu berkembang dan jumlah anggotanya semakin besar.
"Berdirinya organisasi-organisasi Islam ini mengkhawatirkan pihak Belanda karena para tokoh yang kembali dari ibadah haji dianggap sebagai seorang yang suci," ujar Asep.
Tokoh-tokoh dari seluruh organisasi Islam itu juga yang turut berjuang untuk merebut kemerdekaan dari Belanda.
Maka dari itu, kata Asep, pemerintah Hindia Belanda memutuskan memberi gelar haji kepada orang-orang yang pulang dari Tanah Suci supaya mudah diawasi jika terlibat gerakan menentang penjajahan mulai 1916.
Baca juga: 386 Jemaah Haji asal Tangsel Tiba di Tanah Air, Wali Kota Minta Kondisi Kesehatan Dipantau
"Karena itulah para haji diyakini akan lebih didengar oleh penduduk awam yang ada di Hindia Belanda," ucap Asep.
Hal itulah, kata Asep, yang melatarbelakangi keputusan pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar bagi masyarakat yang pulang selepas menunaikan ibadah haji.
Akan tetapi, saat ini gelar haji yang disematkan lebih condong kepada bentuk penghormatan bagi seseorang yang menunaikan rukun Islam kelima itu.
(Penulis : Gama Prabowo | Editor : Serafica Gischa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.