JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, saat ini rata-rata hasil produktivitas padi di Indonesia baru sebesar 5-6 ton per hektare.
Menurutnya, perlu ada inovasi dari sisi teknologi pertanian agar produktivitas di sektor pertanian bisa lebih ditingkatkan.
Terlebih dalam menghadapi krisis pangan (food security) yang berpotensi terjadi.
"Angka rata-rata hasil produktivitas padi baru mencapai 5-6 ton per hektare dan perlu ditingkatkan produktivitasnya menjadi 7-8 ton per hektare," ujar Moeldoko dilansir dari siaran pers KSP, Rabu (20/7/2022).
Baca juga: Mengapa Thailand Dijuluki Lumbung Padi di Asia Tenggara?
"Yang harus dipikirkan adalah bagaimana di waktu yang akan datang kegiatan pertanian dapat semakin mudah dilakukan, menghasilkan produksi yang melimpah, dan dengan ongkos produksi yang murah bagi para petani," jelas Moeldoko.
Pada Rabu, Moeldoko menerima kedatangan pakar pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD) Tualar Simarmata di Kantor KSP.
Pada kesempatan itu, Tualar memperkenalkan inovasi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Teknologi (IPAT BO).
Tualar mengatakan, IPAT BO merupakan inovasi teknologi produksi padi terpadu melalui restorasi kesuburan lahan sawah dengan menggunakan teknik tanam kembar (twin seedling) atau juga dikenal dengan teknik jejer manten.
Dengan pemanfaatan teknologi itu, lanjut dia, akan mengurangi penggunaan bibit, menghemat penggunaan air, dan memanfaatkan pupuk berbasis organik, yaitu menggunakan kompos jerami sebagai sumber nutrisi mikroba tanah.
“Teknologi ini pernah kami terapkan di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, bekerja sama dengan TNI dalam pendampingannya, dan berhasil menghasilkan 11 - 13 ton per Hektar," katanya.
Menanggapi hal itu, Moeldoko menyampaikan apresiasinya atas inovasi yang telah diujicoba tersebut.
Ia juga menekankan pentingnya berbagai terobosan dan inovasi di sektor teknologi pertanian sehingga dapat mengoptimalisasikan hasil produksi pertanian.
"Kehadiran inovasi sangat dibutuhkan dan perlu untuk diperkenalkan lebih luas kepada para petani kita," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.