Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, kasus Centaurus terdeteksi di dua wilayah, yakni Jawa dan Bali.
Kasus di Bali adalah kasus yang berasal dari luar negeri (imported case), sedangkan kasus di Jakarta kemungkinan besar adalah transmisi lokal.
"Kami juga meng-update ke Bapak Presiden, ada subvarian baru yang namanya BA.2.75 yang sekarang sudah beredar di India mulainya dan sudah masuk ke 15 negara, ini juga sudah masuk ke Indonesia," kata Budi dalam keterangan pers usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/7/2022).
Baca juga: Covid-19 Masih Ada, Masyarakat Diimbau Vaksin Booster demi Tekan Angka Kematian
Adapun sejauh ini, pemerintah sudah menemukan 3 kasus BA.2.75 yang terdeteksi menjangkit warga.
Namun, 3 kasus ini tergolong memiliki gejala ringan sehingga tidak mengkhawatirkan seperti varian Delta pada Juli 2021 lalu.
Temuan Centaurus ini akhirnya dilaporkan oleh Kemenkes melalui platform berbagi data dan informasi virus di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah memasukkan Centaurus dalam kategori VOC-LUM atau Variant of Concern (VOC) Lineage Under Monitoring (LUM).
Baca juga: Vaksin Booster Terbukti Tingkatkan Kekebalan terhadap Virus Corona, Ini Studinya
Menurut epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, sifat subvarian BA.2.75 Centaurus adalah jumlah mutasi spike atau proteinnya sangat tinggi.
Virus ini kemungkinan menurunkan efikasi antibodi. Proses penularan Centaurus efektif melalui udara.
"Data awal di India menunjukkan BA.2.75 punya kecepatan sebaran yang luar biasa atau 9 kali lipat BA.5," ucap Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/7/2022).
Beberapa gejala yang bisa dirasakan seseorang yang sudah terinfeksi virus ini adalah suhu tinggi atau demam, batuk terus menerus, sesak napas, merasa lelah, badan nyeri, sakit kepala, hidung tersumbat atau berair, kehilangan selera makan, dan diare.