Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Singgung "Superiority Complex" di Kasus Pemukulan Anak Politisi PDI-P

Kompas.com - 07/06/2022, 15:26 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa penganiayaan terhadap Justin Frederick, anak dari anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Indah Kurnia, oleh seseorang di Tol Dalam Kota pada 4 Juni 2022 lalu memperlihatkan bentuk perbuatan amarah di jalan raya (road rage).

Menurut ahli psikologi forensik Reza Indragiri Amriel, banyak faktor yang menjadi pemicu amarah itu. Wujud perbuatannya juga beragam, mulai dari membunyikan klakson terus-menerus, memberikan bahasa tubuh seperti mengacungkan jari tengah, mengemudi dengan agresif, penganiayaan seperti yang dialami oleh Justin, bahkan yang paling berat bisa terjadi pembunuhan.

Dalam kasus yang dialami Justin, peristiwa itu dipicu oleh insiden serempetan kendaraan antara korban dan pelaku.

"Penyebabnya boleh jadi bertingkat. Faktor pemicu, insiden serempetan. Faktor menengah, kemacetan dan suhu panas. Faktor dalam, kondisi kepribadian tertentu. Yang ekstrem adalah imminent explosive disorder," kata Reza saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/6/2022).

Baca juga: Indah Kurnia Tak Berani Lihat Video Pemukulan Anaknya

Selain itu, kata Reza, kejadian amarah di jalan raya juga bisa dipicu faktor arogansi pemilik kendaraan. Yakni, seorang pemilik kendaraan merasa di atas pengguna jalan lain dan semua harus tunduk kepadanya, atau dengan istilah lain mengalami superiority complex.

Menurut Reza, penanganan terhadap amarah di jalan raya harus dilakukan 2 arah. Misalnya dengan cara intervensi situasi yaitu mengatasi kemacetan.

Cara lainnya adalah intervensi disposisi, yaitu kemampuan mengendalikan amarah, komunikasi secara asertif, dan lainnya.

Selain itu, Reza menilai faktor lain yang saat ini menjadi problematika di jalan raya Indonesia adalah penggunaan pelat nomor kendaraan berkode RF. Sebenarnya, pelat nomor dengan kode RF diterbitkan Polri untuk penggunaan kalangan aparat sipil pemerintahan, Polri, hingga TNI.

"Spesifik, tiadakan pelat RF. Pelat eksklusif semacam itu malah memantik perasaan lebih dibandingkan kendaraan bukan RF. Ini seperti memperkuat superiority complex," ujar Reza.

Baca juga: Indah Kurnia Tak Berani Lihat Video Pemukulan Anaknya

"Atau RF tetap diadakan, tapi ketika melakukan pelanggaran, sanksinya harus lebih berat," lanjut Reza.

Selain itu, masyarakat diharapkan bersikap santun di jalan raya dan tidak melakukan tindakan yang dianggap membahayakan atau memprovokasi pengguna jalan lain.

Peristiwa penganiayaan terhadap Justin terekam kamera dan tersebar luas di media sosial. Di dalam rekaman video amatir itu terlihat Justin dipukuli oleh seseorang hingga jatuh.

Kabid Humas Polda Metro Kombes Endra Zulpan menjelaskan, kejadian bermula saat korban tengah menuju ke wilayah Sunter, Jakarta Utara, bersama pacarnya untuk menghadiri suatu acara.

"Dengan menggunakan kendaraan sedan Mercedes Benz warna hitam nopol B 1896 IK, korban masuk Gerbang Tol Pancoran arah Cawang pukul 12.30 WIB," ujar Zulpan kepada wartawan, Senin (6/6/2022).

Baca juga: Kronologi Adik Verlita Evelyn Jadi Korban Pemukulan di Tol

Tak lama kemudian, kata Zulpan, datang mobil Nissan X-Trail berpelat B 1146 RFH dengan kecepatan tinggi di lajur sebelah kiri. Mobil yang ditumpangi oleh terduga pelaku AF dan FM kemudian mendadak berpindah lajur dari kiri ke arah kanan, sampai akhirnya menyerempet mobil korban.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com