Waktu yang sangat lama untuk seorang kepala daerah yang tidak dipilih dari kehendak rakyat.
Lantas, bagaimana nasib daerah dalam tiga tahun tersebut? Bagaimana memastikan hak-hak dasar rakyat terpenuhi, pembangunan daerah berjalan, ekonomi daerah bertumbuh, hingga ruang kebebasan sipil di daerah terjaga?
Bagaimana menjamin harmonisasi antara pemerintah dengan rakyat, pemerintah dengan wakil rakyat di daerah, dan sebagainya?
Dalam konteks ini, sebagai misal ketika berbicara soal kompetensi pemimpin, apakah penjabat dari kalangan anggota TNI aktif berkompetensi mengurusi permasalahan pemerintahan daerah yang sangat kompleks?
Sementara urusan TNI adalah urusan pertahanan dan keamanan negara yang tidak ada sangkut-pautnya dengan ekonomi kerakyatan, pariwisata, perizinan, dll.
Mungkin bisa dilakukan, tetapi membutuhkan penyesuain yang banyak dan bisa lama.
Namun, yang jelas, banyak pejabat daerah yang jauh lebih menguasai permasalahan dan punya hubungan baik dengan rakyat di daerahnya yang dapat dipercaya mengemban tugas tersebut.
Prinsip sederhananya, menempatkan seseorang yang tepat di tempat yang tepat (the right man at the right place).
Penulis membayangkan hal lain, apakah mungkin timbul semacam perasaan di hati pejabat di daerah bahwa ada pengerdilan kemampuan mereka memimpin daerahnya yang dilakukan oleh pemerintah pusat? Yang pada akhirnya, memunculkan alienasi putra-putri terbaik di daerah tersebut.
Pada konteks lain, orang bisa berpikir bahwa karena tahun politik yang semakin dekat, penjabat sebagai antek kekuasaan dan kroninya.
Yang dilakukan bagaimana mengamankan kepentingan politik pemerintah di daerah tersebut dengan berbagai cara menggunakan sumber daya ekonomi dan manusia di daerah.
Bilamana menjadi antek pemerintah, kekuasaan berpotensi besar disalahgunakan. Karena harus membalas kepercayaan yang diberikan itu.
Apakah masih relevan disebut pengabdian pada rakyat, bangsa, dan negara tatkala? Betul-betul penjabat kepala daerah di persimpangan kekuasaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.