Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dimyati Natakusumah Kenang Sulit Cari Suara Saat Pindah dari PPP ke PKS

Kompas.com - 26/05/2022, 05:05 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR RI Achmad Dimyati Natakusumah menceritakan pengalaman dirinya hengkang dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan berlabuh ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 2017.

Dimyati mengaku mendapat sejumlah tantangan usai kepindahannya ke PKS.

Mantan Bupati Pandeglang ini menjelaskan persoalan utamanya ialah mencari suara. Usai angkat kaki dari PPP, Dimyati sempat kesulitan meraup suara.

Menurut Dimyati, selama ini dirinya dikenal masyarakat dapilnya di Banten sebagai kader PPP, bukan PKS.

Baca juga: Tegaskan Dukungan untuk Ahok-Djarot, Dimyati Serahkan Bendera PPP

"Orang tahunya kan saya PPP. Sulit sekali menginformasikan kepada seluruh masyarakat. Lambat laun sudah hafal saya di PKS," ujar Dimyati saat dihubungi, Rabu (25/5/2022).

Dimyati mengungkapkan warga di Banten seperti Lebak dan Pandeglang mengenal dirinya sebagai 'Dimyati PPP'. Dia turut menceritakan banyak orang mencari namanya di PPP, namun tidak ketemu.

Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan niat Dimyati untuk tetap dikenal masyarakat. Dimyati berkomitmen untuk menggencarkan sosialisasi bahwa dirinya sudah pindah ke PKS.

"Saya harus push betul di Lebak supaya orang tahu Dimyati ada di PKS. Sulit sebetulnya. Orang mau milih lihat partai dulu baru cari orang, bukan cari orang baru lihat partai," tutur pria yang pernah menjabat wakil ketua MPR itu.

Dimyati merasa beruntung pada 2019 dirinya tetap mendapat suara yang cukup. Pada 2024, Dimyati percaya diri bisa mendapat suara yang lebih banyak ketimbang 2019 karena orang-orang sudah mengenalnya sebagai 'Dimyati PKS'.

Baca juga: Sebut Indonesia Dililit Utang, Dimyati: RUU Perampasan Aset Perlu Jadi Prioritas

Lebih jauh, Dimyati mengungkapkan sisi lain dari keputusannya untuk keluar dari PPP. Dimyati merasa kasihan dengan konstituennya apabila hanya dia tak berkiprah lagi di dunia politik.

"Kasihan terutama konstituen saya. Kedua adalah masyarakat saya yang ada di dapil, ada di Banten. Makanya saya harus tetap berkiprah, tetap harus eksis di tingkat nasional untuk bantu daerah yang ada di Banten," kata mantan calon gubernur Banten ini.

Nyaman

Dimyati menyatakan dirinya nyaman di rumah barunya di PKS. Dia berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi untuk kendaraan politik barunya ini.  

Keputusannya untuk pindah dari PPP pun sudah disetujui keluarga.

Lebih jauh, Dimyati turut berharap PKS bisa menjadi penguasa selepas Pemilu 2024.

"Menjadi partai yang betul-betul memenangkan pemilu dan berkuasa terhadap pencalonan Presiden dan Cawapres PKS menang," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com