Sebelum ini, AHY sempat menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh. AHY mengunjungi Paloh di Kantor DPP Nasdem di Jakarta Pusat, 29 Maret 2022.
Lagi-lagi, AHY menyebut bahwa pertemuan itu dalam rangka silaturahmi. Namun, putra sulung SBY itu sempat mengakui bahwa peluang partainya berkoalisi dengan Nasdem cukup besar.
Merespons ini, Managing Director Paramadina Public Policy Institute, Ahmad Khoirul Umam, menilai, peluang koalisi Golkar dan Demokrat di Pilpres 2024 terbuka lebar.
Apalagi, keduanya merupakan partai nasionalis-tengah yang cenderung tidak terjebak di antara dua arus mainstream kiri (PDI-P) dan mainstream kanan (PKS dan Gerindra) sebagaimana tercermin dalam Pilpres 2014, Pilkada DKI Jakarta 2017, dan Pilpres 2019.
Umam berpandangan, kekuatan Golkar dan Demokrat bisa menguatkan poros koalisi nasionalis-tengah yang berkarakter moderat.
"Agar rakyat di akar rumput tidak lagi terpolarisasi dan dibentur-benturkan oleh praktik eksploitasi politik identitas yang begitu marak di ajang kontestasi politik nasional akhir-akhir ini," katanya kepada Kompas.com, Senin (9/5/2022).
Baca juga: Cari Peluang Koalisi untuk Calonkan AHY, Demokrat: Capres Butuh Tiket, Tak Cukup Elektabilitas
Namun demikian, koalisi Golkar-Demokrat dinilai akan menemui persoalan terkait capres yang diusung. Menurut Umam, Golkar sebaiknya tidak mengunci nama Airlangga sebagai capres yang hendak mereka usung.
Ini mengingat popularitas dan elektabilitas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu yang masih rendah. Dalam survei sejumlah lembaga, elektabilitas Airlangga berkisar di angka 1 persen.
Jika Golkar-Demokrat nekat mengusung Airlangga sebagai capres, Umam memprediksi, parpol-parpol medioker seperti Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) enggan bergabung dengan koalisi.
Oleh karenanya, Golkar perlu membuka peluang untuk mengusung nama-nama capres di luar Airlangga. Sosok yang patut dipertimbangkan misalnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan tentunya AHY sendiri.
"Airlangga bisa memainkan peran sebagai king maker dalam proses pembentukan koalisi, dengan tetap membuka peluang dirinya sebagai capres sekaligus membuka peluang tokoh-tokoh muda yang lain seperti Anies, Ganjar, atau bahkan AHY," kata Umam.
Baca juga: AHY Lantik Emil Dardak Jadi Ketua DPD Demokrat Jatim, Anak LaNyalla dan Khofifah Wakil Ketua
Jika upaya mengusung Ganjar tak memungkinkan karena berpotensi menciptakan resistensi politik dari PDI Perjuangan, menurut Umam, pasangan Anies-AHY bisa menjadi alternatif.
Sebab, merujuk survei berbagai lembaga, kedua sosok tersebut memiliki bekal elektabilitas cukup sebagai capres dan cawapres.
Jika basis koalisi Golkar-Demokrat menguat, lanjut Umam, tidak menutup kemungkinan Nasdem, PAN, PPP, bahkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ikut dalam gerbong.
"Maka Golkar bisa ikut menjadi jangkar sekaligus motor utama pengusung skema capres-cawapres potensial ke depannya, agar memastikan Golkar tetap berada di pihak yang memiliki kemungkinan besar untuk memenangkan pertarungan," kata Airlangga.