Kurikulum Merdeka memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.
Untuk tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas), SMA LB (Luar Biasa), dan Madrasah Aliyah (MA), tidak akan lagi ada pengotakkan berdasarkan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
“Di dalam program SMA sekarang tidak ada lagi program peminatan untuk yang memiliki Kurikulum Merdeka. Ya tidak ada lagi jurusan, kejuruan atau peminatan,” tutur Nadiem.
Kurikulum Merdeka membebaskan siswa memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.
Baca juga: Nadiem Luncurkan Kurikulum Merdeka, Kejar Ketertinggalan Pembelajaran
“Ini salah satu keputusan atau choice atau pemilihan yang bisa diberikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa untuk bisa memilih,” sebutnya.
Menurut Nadiem, konsep Kurikulum Merdeka juga sudah banyak dipakai di negara-negara maju. Dengan Kurikulum Merdeka, guru akan diberikan kewenangan untuk menentukan alur pembelajaran.
Selain itu, Kurikulum Merdeka yang dirancang lebih sederhana dan fleksibel disebut akan semakin membuat siswa lebih aktif.
Sebab, jenis-jenis aktivitas yang ada dalam kurikulum ini lebih relevan dan banyak memberikan ruang untuk tugas berbasis proyek atau project base.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Kurikulum Darurat, Bagaimana Penerapannya, serta Dampaknya...
“Ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok,” terang Nadiem.
“Dia harus bisa menghasilkan suatu hasil karya. Dia harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif,” imbuhnya.
Kerangka kurikulum pada Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dan lebih fokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi siswa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.