Gotong royong mempersatukan banyak orang dari beragam suku, agama, ras, antargolongan, serta bahasa menjadi satu kekuatan unik dan dahsyat.
Kita perlu membumikan dan terus menormalisasi pemimpin yang berprinsip gotong royong. Pemimpin tipe inilah yang nantinya akan mengawal Indonesia ke masa depan yang lebih baik.
Selain itu, tanpa kerja sama dari banyak pihak, akan sulit menangani setiap tantangan.
Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran bagi kita bahwa kepemimpinan kolektif semakin diperlukan karena efektivitas dan hasilnya telah terlihat.
Indonesia tidak akan bisa memvaksinasi seluruh rakyatnya jika tidak ada kolaborasi dari pemerintah, NGO, komunitas, dan aktor-aktor lainnya.
Melalui artikel ini, saya ingin menggagas pendekatan gaya kepemimpinan otentik atau asli Indonesia.
Saya menyebutnya ‘Indonesian Leadership’, gaya kepemimpinan asli pemimpin Indonesia dengan keunikan yang hanya dimiliki oleh putra-putri terbaik nusantara.
Dalam filosofi Yunani, otentik bermakna ‘menjadi dirimu yang sesungguhnya’ (to thine own self be true).
Indonesian Leadership merupakan pendekatan kepemimpinan asli Indonesia yang berlandaskan kepercayaan diri bahwa sudah saatnya bangsa ini unjuk gigi menunjukan taringnya memimpin perubahan peradaban dengan gaya asli yang hanya dimiliki pemimpin Indonesia.
Saya membagi konsep ‘Indonesian Leadership’ menjadi tiga bagian, yaitu humanis, strategis, dan taktis.
Humanis
1. Kepemimpan yang humanis, membumi, humoris, santun dan mengedepankan empati.
2. Kepemimpinan yang akomodatif terhadap perbedaan dan berbagai heterogenitas lain di Indonesia.
3. Kepemimpinan yang tidak melupakan sejarah, mengedepankan nilai historis kebangsaaan.
Strategis
1. Kepemimpinan yang terbuka terhadap perubahan, percepatan, dan ketidakpastian.
2. Kepemimpinan yang mengutamakan kemakmuran dan kesejahteraan.
3. Kepemimpinan yang mengedepankan solidaritas dan keselarasan antara manusia (mikrokosmos) serta alam (makrokosmos).
4. Kepemimpinan yang terbuka terhadap kerja sama untuk memaksimalkan berbagai potensi di Indonesia.
5. Kepemimpinan yang menghubungkan, mengharmonisasi, dan merangkul berbagai pihak (gotong royong).
Taktis
1. Kepemimpinan yang mengedepan garis terluar, membangun Indonesia dari pinggir.
2. Kepemimpinan yang demokratis, mengikutsertakan berbagai elemen dalam pengambilan keputusan.
3. Kepemimpinan yang responsif.
4. Kepemimpinan yang berpihak kepada kaum marjinal.
5. Kepemimpinan yang turun langsung (blusukan).
Pekan lalu, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa momentum G20 harus digunakan untuk menunjukan kepemimpinan ala Indonesia kepada negara-negara kaya di dunia.
Bicara mengenai ‘Indonesian Leadership’ selalu menarik perhatian saya untuk membahas lebih dalam.
Gaya kepemimpinan ala Indonesia akan teruji sebagai Presidensi G20 di mata internasional.
Suatu kebanggaan sekaligus tantangan di mana Indonesia dapat memimpin berbagai negara kaya dalam rangka membangun peradaban dunia yang lebih baik dan berkeadilan di masa depan.
Tantangan kian berat, di tengah pandemi, ketidakpastian, dan dinamika global. Indonesia diharapkan mampu menjadi pemimpin bagi negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
‘Indonesian Leadership’ harus menjadi teladan dan menjadi warna baru dalam gaya kepemimpinan ideal bagi para kepala negara lain.
Khususnya dalam kepentingan dan agenda negara berkembang yang sedang berusaha bertahan di era globalisasi yang sarat dengan hiper kompetisi.
Indonesia harus membuktikan memiliki kepercayaan diri dan kompetensi dalam bersaing, bahkan memenangkan kompetisi di dunia global dan pasar luar negeri.
Gaya kepemimpinan ala Indonesia perlu dipraktikan oleh semua pemimpin di berbagai lini guna menemukan berbagai upaya baru dan inovasi agar lebih unggul dan mampu mengungguli negara lain.
Indonesian Leadership pasti bisa mewarnai dan memengaruhi arah dunia baru ke depannya, jika semua mempraktikannya dengan sungguh-sungguh.
Oleh karenanya, dia ingin Indonesia memenangkan kompetisi, baik di dalam negeri, di pasar global, dan di pasar luar negeri.
Presiden ingin Indonesia menemukan cara-cara baru untuk lebih unggul dan mendahului negara lain.
Owen Jenkins, Duta Besar Inggris untuk Indonesia menyampaikan bahwa Inggris menunggu gebrakan kepemimpinan Indonesia pada pelaksanaan G20.
Menurut dia, selain dinantikan, Indonesia dinilai punya gaya kepemimpinan fantasis yang terbuka untuk bekerja sama antarnegara.
Bersama berjuang dalam isu perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, di mana kedua isu ini adalah isu prioritas dari kepemimpinan Indonesia.
Dengan semangat 'Recover Together, Recover Stronger' dan ‘No One Left Behind’, Indonesia punya kesempatan emas untuk memperkuat kepemimpinan kolektif global, menyuarakan kemitraan, menguatkan sistem multiteralisme, membangun ekonomi dunia yang stabil dan tangguh.
Generasi muda saat ini menjadi modal berharga agar mereka bisa menjadi pemimpin yang kolaboratif dan mencetak pemimpin yang merepresentasikan kepemimpinan otentik Indonesia dan membumikan serta mempraktekan konsep ‘Indonesian Leadership’.
Banyak pemimpin muda kini yang sudah memiliki pola pikir kolaboratif, inklusif, dan berorientasi pada kepentingan bersama.
Selain itu, masalah-masalah yang akan dihadapi ke depannya akan semakin berat.
Sehingga semangat gotong royong di antara pemimpin saat ini harus terus dikawal. Peran pemuda akan terus menyala untuk saling menguatkan dan menorehkan sejarah baru bagi peradaban bangsa Indonesia dikancah dunia internasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.