Sementara itu, Masteng (22) mengaku kaget saat mengetahui Polri membuat lomba mural. Sebab, selama ini ia merasa takut untuk membuat mural bernada kritik.
"Ngecat sedikit saja tentang acara 17-an atau har-hari bensar negara saja sudah dicari-cari," ujar peserta asal Depok itu.
Ia juga sempat khawatir untuk mengikuti lomba ini. Namun, ia akhirnya berani mendaftar setelah dibujuk oleh temannya yang menjamin bahwa ia akan aman-aman saja.
Senada dengan Ferdiansyah dan Medi, Masteng berharap masyarakat dapat terus bebas berkarya menurut minatnya masing-masing, termasuk dalam membuat mural.
"Masih banyak, kayak skateboard itu belum difasilitasi, anak-anak BMX juga masih kurang, banyaklah, tato-tato itu juga belum ada sama sekali (wadahnya)," kata dia.
apolri Jenderal (Polisi) Listyo Sigit Prabowo mengatakan, lomba mural ini merupakan bukti bahwa Polri dan pemerintah tidak antikritik serta tidak membungkam kebebasan berekspresi.
"Kami sebagai institusi Polri memegang teguh aturan-aturan yang ada, arahan dari Bapak Presiden, terkait dengan kebebasan berekspresi sehingga tentunya hari ini adalah bukti kami menghormati kebebasan berekspresi," kata Listyo.
Pantauan Kompas.com, sejumlah peserta menyelipkan kritik dalam karya-karya mereka, antara lain soal pembungkaman terhadap masyarakat serta ketidakadilan dalam penegakan hukum.
Tidak sedikit pula peserta yang mengangkat tema pandemi Covid-19 atau mengapresiasi kinerja Polri dalam karyanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.