Pemerintah juga khawatir pandemi menyebabkan stok beras di Bulog tidak mencukupi.
"Itu dihitung semuanya, kita hitung semuanya," ujar Jokowi.
Baca juga: Jokowi: Kita Juga Ingin Swasembada, Kita Tak Senang Impor Beras
Belum lagi, muncul ancaman gagal panen lantaran pada Desember 2020 dan Januari 2021 lalu banjir terjadi di banyak tempat. Dikhawatirkan, fenomena ini berpengaruh pada hasil panen.
Kala itu pemerintah tak ingin mengambil risiko. Maka ditekenlah rencana pengadaan beras bersama Thailand dan Vietnam.
"Ya udah tanda tangan dulu, baru tanda tangan," kata Jokowi.
Namun, ternyata kekhawatiran pemerintah tak terbukti. Situasi masih terkendali sehingga stok beras dalam negeri dipastikan aman.
Oleh karenanya, pada akhir Maret Jokowi memutuskan untuk sementara menyetop rencana impor beras, setidaknya hingga Juni 2021.
"Kemarin saya sampaikan, sudah setop dulu ini panen mau impor. Nggak, nggak usah, nggak usah impor," katanya.
2. Mengaku sedih
Jokowi pun mengaku sedih harga gabah sempat anjlok beberapa waktu lalu.
Anjloknya harga gabah disebut-sebut dipengaruhi oleh wacana impor beras. Padahal, kata Jokowi, kala itu belum ada kepastian terkait impor.
"Saya dengar harga gabah waktu jatuh, itu ya sedih juga kita itu. Katanya karena mau impor (beras), yang mau impor siapa?," kata Jokowi.
Baca juga: Jokowi: Pemerintah Sebetulnya Tidak Senang Impor Beras, tetapi...
Jokowi menyadari bahwa impor beras di masa panen akan menyebabkan harga gabah dalam negeri anjlok.
Ia pun mengaku bersyukur Indonesia memilik stok beras yang cukup tanpa impor. Sebab, kata dia, saat ini persediaan beras dunia menjadi rebutan banyak negara.
"Untung kita tidak impor. Saya tadi cek ke Pak Mentan (Menteri Pertanian), ke Pak (Direktur Utama) Bulog Pak Buwas (Budi Waseso) juga cukup Alhamdulillah," ujarnya.