Secara terpisah, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay menyampaikan pendapatnya seusai pengambilan sampel darah.
Saleh mengaku sudah berkonsultasi dengan peneliti asal Indonesia maupun Amerika Serikat terkait vaksin Nusantara.
"Saya sudah berdiskusi dengan para penelitinya. Baik peneliti asal Indonesia, maupun peneliti asal Amerika Serikat. Saya mendapatkan penjelasan utuh terkait Vaksin Nusantara," ujarnya.
Baca juga: Penjelasan BPOM Mengapa Vaksin Nusantara Belum Layak Ditindaklanjuti
Dari hasil diskusi itu, Saleh meyakini vaksin Nusantara baik dan efektif sebagai salah satu upaya meningkatkan imunitas.
Menurut Saleh, vaksin Nusantara sangat berpotensi dikembangkan di Indonesia.
Ia pun berharap, vaksin Nusantara menjadi salah satu contoh produk dalam negeri yang perlu mendapatkan dukungan dan perhatian pemerintah.
"Saya melihat bahwa vaksin Nusantara ini sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Apalagi Presiden Jokowi sudah meminta agar Indonesia mengutamakan produk dalam negeri," ujarnya.
Tak ada kesepakatan kolektif
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX Charles Honoris menegaskan, komisinya tidak pernah menetapkan kesepakatan secara kolektif untuk mengikuti uji klinik vaksin Nusantara.
Ia pun menegaskan, anggota Komisi IX yang mengikuti kegiatan itu tidak mewakili komisi.
"Bahwa adanya pimpinan/anggota Komisi IX yang mengikuti vaksinasi itu dilakukan secara pribadi dan tidak mewakili Komisi IX DPR RI," kata Charles dalam siaran pers, Rabu (14/4/2021).
Baca juga: Epidemiolog: Harusnya Vaksin Nusantara Tak Dilanjutkan ke Uji Klinis Fase II
Charles menegaskan, uji klinik vaksin harus dilakukan sesuai aturan yang berlaku dan kaidah-kaidah saintifik.
Sebelumnya, BPOM memaparkan alasan pengembangan vaksin Nusantara belum layak untuk dilanjutkan.
Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan, sejumlah syarat belum dipenuhi dalam proses pengembangan vaksin.
Adapun syarat yang belum terpenuhi itu di antaranya, cara uji klinik yang baik (good clinical practical), proof of concept, good laboratory practice, dan cara pembuatan obat yang baik (good manufacturing practice).
Baca juga: Pimpinan Komisi IX Sebut Tak Ada Kesepakatan Kolektif Ikuti Uji Klinis Vaksin Nusantara