Lebih daripada itu, insiden tersebut, justru dipicu oleh sikap Presiden AS sendiri, yang tidak move on dari kekalahannya dalam pemilu Oktober 2020 lalu.
Tapi, sebab utama dari kemunduran demokrasi AS bukanlah pemilu. Akar terdalamnya adalah sikap dan kebijakan politik para elite politik AS sendiri.
Disinyalir, belakangan ini, para elite politik AS cenderung korup dan hipokrit. Contohnya adalah Presiden Trump sendiri.
Sejak masa kampanye hingga duduk di tampuk kepresiden AS (21Januari -21 Januari 2021), Trump gemar mengobarkan api populisme dan nasionalisme secara berlebihan dengan slogan, “Make America Great Again’, "America First", atau "Keep America Great!”.
Jan-Werner Muller, dalam bukunya: What is Populism? (2016) menyatakan, “Bahaya bagi demokrasi saat ini bukanlah ideologi komprehensif yang secara sistematis mengingkari cita-cita demokrasi. Bahayanya adalah populisme, yaitu bentuk demokrasi yang terdegradasi oleh janji palsu mewujudkan cita-cita tertinggi demokrasi.” (hal 6).
Baca juga: Donald Trump Tolak Bertanggung Jawab dalam Penyerbuan Gedung Capitol
Muller kemudian menjelaskan, “Populisme adalah imajinasi politik moralistik tertentu, cara memandang dunia politik yang menetapkan murni secara moral dan sepenuhnya bersatu — tetap pada akhirnya fiktif — orang-orang melawan elite yang dianggap korup atau dengan cara lain lebih rendah secara moral. Ini adalah klaim inti dari populisme: hanya beberapa dari mereka yang benar-benar rakyat.” (hlm 19-21).
Pernyataan Muller seakan menegaskan kembali tulisan Fareed Zakaria dalam Foreign Affairs (2017) bahwa, "Populisme melihat dirinya berbicara untuk orang 'biasa' yang terlupakan dan sering membayangkan dirinya sebagai suara patriotisme sejati.”
Jadi, dengan jiwa populisme, kaum elite di AS telah menggiring sistem politik AS untuk beroperasi di sebuah arena di mana kebenaran adalah sesuatu yang semu. Sebab, realitas objektif tidak lagi berpatok pada kepentingan rakyat banyak, tapi disesuaikan dengan rancangan kepentingan orang-orang yang berkuasa, dan pencari keuntungan komersial.
Mobokrasi, khususnya aksi brutal massa di gedung Capitol telah mengancam keselamatan anggota Konggres AS yang hendak bersidang sehingga mereka harus dievakuasi.
Dalam konteks lebih luas, insiden tersebut mencemaskan banyak warga AS karena dapat memicu konflik horizontal yang mengganggu keharmonisan hidup berbangsa dan keutuhan bernegara AS.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan