Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Adanya Temuan Seaglider, DPR Minta TNI AL Perkuat Pengawasan Bawah Laut

Kompas.com - 06/01/2021, 16:14 WIB
Tsarina Maharani,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin meminta TNI Angkatan Laut memperkuat pengawasan bawah laut (underwater surveillance) menyusul temuan seaglider di perairan Selayar, Sulawesi Selatan.

Ia mengatakan pemerintah tidak boleh lengah terhadap segala potensi ancaman yang berkaitan dengan wilayah perairan Indonesia.

"TNI segera memperkuat pengawasan di bawah laut. Jangan sampai ada oknum yang melakukan jual beli data wilayah Indonesia dan bekerja untuk pihak asing. Underwater surveillance ini sangat penting dan kita tidak boleh lengah. Ini bukan kali pertama di temukannya drone pengintai bawah laut milik asing," kata Azis dalam keterangan pers, Rabu (6/1/2021).

Menurut Azis, keamanan laut perlu jadi prioritas. Karena itu, dia mendorong agar pemerintah mengembangkan infrastruktur pendukung untuk menjaga keamanan laut Indonesia.

"Kita perlu melakukan modernisasi dengan rencana yang matang dan strategis," ujarnya.

Baca juga: Seaglider Dikhawatirkan Punya Tujuan Buruk terhadap Kepentingan Nasional

Politikus Partai Golkar itu mengingatkan, Indonesia merupakan pusat kawasan Indo-Pasifik. Sehingga, banyak negara yang memiliki kepentingan terhadap Indonesia.

Oleh sebab itu, Azis pun meminta Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri menginvestigasi kasus temuan seaglider itu. Ia mengatakan, jika ada oknum aparat yang terlibat dalam mempermudah masuknya aset militer asing ke wilayah NKRI secara illegal, maka harus ditindak secara tegas.

"Potensi pengintaian asing sangat tinggi baik melalui drone maupun pergerakan kapal selam tanpa izin. Indonesia adalah episentrum dari kawasan Indo-Pasifik, sehingga banyak negara asing yang tentu memiliki agenda tersendiri dalam lautan Indonesia yang menghubungkan Samudera Hinda, Laut China Selatan hingga Samudera Pasifik," kata dia.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono memastikan tidak ada ciri-ciri tulisan sebagai penanda negara pembuat seaglider yang ditemukan di perairan Selayar, Sulawesi Selatan.

Yudo mengklaim, tak mengubah apapun yang ada di seaglider tersebut. Ia memastikan, bahwa benda tersebut tidak berubah atau masih sama seperti saat pertama kali ditemukan seorang nelayan.

Baca juga: Teka-teki soal Seaglider, Benarkah Hanya untuk Kepentingan Riset Bawah Laut?

"Tidak ditemukan ciri-ciri tulisan negara pembuat. Jadi tidak ada tulisan apapun di sini," ujar Yudo dalam konferensi pers dikutip dari Kompas TV, Senin (4/1/2021).

Karena tidak adanya tanda pengenal, Yudo mengatakan pihaknya akan terus melakukan penelitian melalui Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal).

Sejalan dengan itu, TNI AL akan berkoordinasi dengan Kementerian Riset dan Teknologi untuk meneliti lebih dalam terkait temuan seaglider ini.

"Nanti akan kita koordinasikan dengan kementerian riset sehingga kita dapat meneliti lebih dalam tentang penemuan benda tersebut," terang Yudo.

Ia menambahkan, bahwa seaglider ini pada dasarnya digunakan untuk kegiatan riset di bawah laut. Karena itu, ia memastikan seaglider ini bukan untuk kegiatan mata-mata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com