Kesembilan pilar itu yakni komando dan koordinasi; komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat; surveilans dan memperkuat tim investigasi.
"Selanjutnya, pengawasan transportasi internasional, penguatan laboratorium, kontrol infeksi, manajemen kasus, dukungan logistik dan operasional serta manajemen pelayanan kesehatan," kata Terawan.
Baca juga: Bicara Penanganan Pandemi di Forum WHO, Terawan Puji Jokowi Hingga Luhut
Dia melanjutkan, kunci penanganan Covid-19 di Indonesia pun tidak lepas dari kerja sama pemangku kepentingan, baik pusat, pemda, aparat keamanan, tenaga kesehatan dan masyarakat.
"Kerja sama dan partisipasi semua pihak merupakan kunci penanganan Covid-19. Seluruh stakeholder mendukung penanganan Covid-19 berdasarkan rekomendasi IAR dari WHO," tambahnya.
Peningkatan testing, tracing, treatment
Setelah menyampaikan sembilan pilar kunci, Terawan juga menyampaikan dukungan IAR dalam teknis kegiatan penanganan pandemi di Indonesia.
Dia menyebut, IAR ikut memberikan masukan dalam penguatan surveilans Covid-19 di Indonesia.
Menurutnya, pelaksanaan IAR dapat mendorong peningkatan testing, tracing dan treatment kasus Covid-19.
"IAR yang dilakukan dapat meningkatkan laporan dan respons periodik atas Covid-19. Termasuk proses koordinasi dengan laboratorium, tracing, testing, treatment di fasilitas kesehatan," ujar Terawan.
Selain mendukung surveilans, IAR pun disebutnya memberikan rekomendasi penguatan telemedis di Indonesia.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Terawan Diundang WHO karena Sukses Terapkan IAR, Bukan Atasi Pandemi
Tujuannya, untuk mengurangi potensi penularan Covid-19 di tengah masyarakat.
Terkahir, lanjut Terawan, IAR juga mendukung agar pelayanan dasar kesehatan tidak terganggu.
Dia menyebut layanan pengobatan TBC, imunisasi, pengobatan HIV, dan sebagainya tidak terganggu.
"IAR ikut menjaga supaya pelayanan kesehatan lainnya tidak terganggu. Misalnya untuk imunisasi, TBC, HIV dan lainnya," tambahnya.
Diundang bukan karena keberhasilan
Diberitakan sebelumnya, nama Terawan sempat menjadi trending topic di media sosial pada Kamis (5/11/2020).
Penyebabnya, informasi yang menyebut bahwa WHO mengundang Terawan untuk membagikan pengalaman Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19, dalam sebuah kegiatan konferensi pers bersama dengan sejumlah menkes dari negara lain.
Undangan itu disampaikan lewat surat resmi WHO tertanggal 30 Oktober 2020. Surat itu ditandatangani oleh Asisten Direktur Jenderal Kesiapsiagaan WHO Jaouad Mahjour.