Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko PMK Pastikan Program Pencegahan Stunting Tetap Jalan Saat Pandemi

Kompas.com - 25/08/2020, 19:11 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy memastikan, selama pandemi Covid-19 program untuk pencegahan stunting tetap dilakukan.

Apalagi selama pandemi ini ditemukan beberapa kasus seperti adanya pernikahan dini karena alasan merasa bosan diam di rumah.

Pernikahan dini menjadi salah satu penyebab lahirnya anak-anak yang mengalami stunting sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM).

Baca juga: Antisipasi Stunting, Kenali Penyebab Berat Badan Anak Turun

"Saya rasa, sekarang ini kita tidak boleh terhenti hanya karena ada Covid-19. Ini terus bergerak, kementerian terkait, BKKBN juga memastikan program berjalan sesuai yang diharapkan," ujar Muhadjir dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (25/8/2020).

Dalam rangka menurunkan angka stunting, ia meminta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merevitalisasi dua program, yakni melakukan spacing atau pemberian jarak kelahiran antara anak pertama dengan anak berikutnya serta bimbingan atau konseling pra nikah kepada calon pengantin.

Program tersebut, kata dia, selama pandemi harus tetap berjalan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Termasuk untuk dapat mencapai target penurunan angka stunting hingga 14 persen pada 2024 mendatang.

"Juga mengantisipasi kemungkinan terjadinya baby booming selama pandemi ini. Jadi setelah 4 bulan ini, work from home akan diikuti oleh work yang lain. Ini sekarang sudah diantisipasi," kata Muhadjir.

Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, di masa pandemi ini pihaknya masih tetap mengerjakan beberapa program binaan.

Mulai dari bina keluarga, balita, remaja, hingga lansia. Pihaknya juga melakukan cara-cara lain secara virtual.

Diakuinya selama pandemi ini banyak laporan masuk, salah satunya berupa pernikahan dini anak usia SMP di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pernikahan dini tersebut terjadi karena anak bersangkutan bosan di rumah dan hanya melakukan pembelajaran daring.

Baca juga: Turunkan Angka Stunting, BKKBN Fokus pada Program Spacing

"Kami sudah cek, tidak lebih dari enam anak dan kami tindaklanjuti ke lapangan, kami lakukan konseling," kata dia.

Namun apabila anak tersebut sudah terlanjur menikah, pihaknya mencegah agar mereka tidak memiliki keturunan hingga usia 20 tahun.

Pada masa pandemi ini pun, kata dia, pihaknya bekerja lebih keras untuk mencegah seluruh permasalahan yang dapat mengganggu capaian target.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com