Misi penerjunan ini adalah bersifat infiltrasi atau penyusupan masuk ke daerah yang dikuasai musuh, bukan sebuah penugasan merebut sebuah sasaran yang sudah dipastikan sebelumnya.
Dalam kurun waktu selama 30 jam yang penuh dengan emosi itu, selama 17 jam kami berada di udara dan selama 9 jam 30 menit penerbangan berlangsung dalam kegelapan malam yang amat pekat.
Lapangan terbang Amahai, sebagai pangkalan aju tempat transit sebelum menuju dropping zone kondisinya sangat darurat, becek, lembek dan bergelombang. Penerangan yang tersedia hanya “goosenecks”, sejenis obor yang di rentang sepanjang kedua sisi landasan.
Untuk menampung tiga pesawat Hercules bersamaan dalam sebuah operasi malam hari seperti itu dan sekaligus menyiapkan dua kompi pasukan payung yang akan diterjunkan, sebenarnya tidak memenuhi syarat.
Itulah semua situasi dan kondisi darurat yang merupakan sebuah fakta lapangan yang kami hadapi ketika itu. Apapun yang tersedia, walau sangat sederhana, the show must go-on.
Suasana semakin mencekam menjelang keberangkatan kami menuju sasaran yang telah ditentukan yaitu kawasan utara kota Merauke.
Dalam kegelapan malam disertai hujan rintik-rintik, seluruh pasukan payung dikumpulkan di sekitar tiga pesawat Hercules termasuk seluruh awak pesawat. Suasana menjadi amat dramatis dan hening sejenak.
Melalui megaphone, Panglima Komando Mandala Mayjen TNI Soeharto didampingi pejabat-pejabat Mandala lainnya memberi pesan, “Kalian adalah prajurit pilihan, kalian adalah prajurit-prajurit pemberani. Tugas kalian malam ini sangat berat, penuh risiko tetapi mulia. Kerugian kita bisa mencapai 60 persen, yang tidak sanggup masih ada waktu untuk mundur...”
Semuanya terdiam, suasana hening sekali, hanya suara tarikan napas masing-masing di sela suara rintikan hujan yang berjatuhan yang sempat terdengar.
Kemudian Pak Harto melanjutkan lagi, memecah keheningan malam yang gelap. “Selamat Berjuang, Kita Mesti Menang…!" ujarnya meyakinkan.
Segera setelah itu prajurit-prajurit pemberani dan pilihan segera mengenakan payung utama di punggungnya dan payung cadangan di depan dada serta membawa “leg-bag” masing-masing satu. Mereka berjalan beriringan menuju pesawat Hercules yang sudah siap.
Karena beban yang berat, pasukan-pasukan itu berjalan agak pelahan namun pasti, tidak memperlihatkan keraguan sedikitpun.
Saya hampiri mereka menjelang naik ke dalam pesawat yang akan saya kemudikan. Dengan kedua tangan menggenggam rapat keatas, saya ucapkan selamat kepada pasukan payung yang saya kagumi dan banggakan.
Dalam kegelapan malam, dan masih diiringi hujan rintik-rintik, tiga pesawat Hercules bersiap-siap untuk tinggal landas. Penuh dengan pasukan dan bahan bakar, satu per satu menyusuri landasan yang basah dan becek serta bergelombang itu dengan susah payah.
Namun akhirnya tiga Hercules tersebut berhasil lepas landas. Setelah terbang mengarungi angkasa menembus kegelapan malam sepanjang 3 jam 50 menit, para pasukan pemberani tersebut terjun ke hutan belantara sebelah utara Merauke yang ganas.