Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Kisah Heroik Pagi-pagi Buta Menembus Wilayah Udara Kekuasaan Belanda di Merauke

Kompas.com - 22/06/2020, 14:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tanggal 23 Juni, 58 tahun yang lalu, pasukan payung kita menembus wilayah udara kekuasaan Belanda di Merauke. Tribute to Marsekal Sukardi.

SEJARAH bangsa kita telah mencatat demikian banyak kisah heroik tentang bagaimana semangat juang yang menyala-nyala, berkobar-kobar tanpa pamrih dari para pejuang dalam upaya meraih kemerdekaan.

Demikian pula halnya dengan berbagai upaya dalam mempertahankan kemerdekaan serta eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari sekian banyak catatan sejarah yang tercecer sepanjang alur perjalanan spirit patriotisme dalam memagari persatuan dan kesatuan serta keutuhan martabat Sang Ibu Pertiwi dan Bapak Angkasa Indonesia.

Baca juga: Marsekal Sukardi dalam Kenangan

Berikut ini diuraikan sekelumit catatan dari Marsekal Sukardi tentang operasi-operasi yang luar biasa dan kisah menembus wilayah udara Belanda di Irian Barat:

Penerjunan di tengah malam yang pekat gelap gulita

Untuk dapat lebih meyakinkan ketangguhan pasukan payung kita dalam operasi-operasi militer gabungan (airborne operation), kita bisa menengok kembali kisah operasi penerjunan di kawasan Merauke Irian Barat pada tanggal 23 – 24 Juni tahun 1962.

Saya contohkan Merauke, karena dari 11 kali operasi penerjunan dalam masa 10 tahun penugasan saya sebagai penerbang transport (sejak tahun 1954), penerjunan pasukan payung gabungan di kawasan Merauke adalah yang paling canggih dengan risiko yang sangat tinggi.

Berikut ini beberapa fakta dan data yang patut menjadi catatan penting dalam sejarah operasi penerbangan yang pernah kita laksanakan.

Sasaran penerjunan atau Dropping Zone adalah kawasan hutan belantara yang ganas, kurang lebih 30 Km sebelah utara kota Merauke. Jadi bukan di Kota Merauke dan hal ini tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Waktu penerjunan atau Time Over Target (TOT) adalah pukul 03.40 pagi buta, bukan saat menjelang matahari terbit seperti lazimnya sebuah operasi penyerangan dari udara oleh pasukan payung.

Jangkauan atau rentang waktu pelaksanaan operasi sangat panjang dan melelahkan. Tidak ada waktu untuk beristirahat bagi pasukan dan para awak pesawat.

Berangkat dari Lanuma Halim Perdanakusuma pada tanggal 23 Juni 1962 kurang lebih pada pukul 05.00 pagi hari.

Terjun dan mendarat di hutan belantara utara Merauke pukul 03.40 tanggal 24 Juni 1962 dan mendarat kembali di Lanuma Halim Perdanakusuma tanggal 24 Juni 1962 sekitar pukul 13.30.

Dengan demikian total kurang lebih 30 jam kami berada dalam situasi dan kondisi yang tegang dan emosional.

Misi penerjunan ini adalah bersifat infiltrasi atau penyusupan masuk ke daerah yang dikuasai musuh, bukan sebuah penugasan merebut sebuah sasaran yang sudah dipastikan sebelumnya.

Dalam kurun waktu selama 30 jam yang penuh dengan emosi itu, selama 17 jam kami berada di udara dan selama 9 jam 30 menit penerbangan berlangsung dalam kegelapan malam yang amat pekat.

Lapangan terbang Amahai, sebagai pangkalan aju tempat transit sebelum menuju dropping zone kondisinya sangat darurat, becek, lembek dan bergelombang. Penerangan yang tersedia hanya “goosenecks”, sejenis obor yang di rentang sepanjang kedua sisi landasan.

Untuk menampung tiga pesawat Hercules bersamaan dalam sebuah operasi malam hari seperti itu dan sekaligus menyiapkan dua kompi pasukan payung yang akan diterjunkan, sebenarnya tidak memenuhi syarat.

Itulah semua situasi dan kondisi darurat yang merupakan sebuah fakta lapangan yang kami hadapi ketika itu. Apapun yang tersedia, walau sangat sederhana, the show must go-on.

Suasana semakin mencekam menjelang keberangkatan kami menuju sasaran yang telah ditentukan yaitu kawasan utara kota Merauke.

Dalam kegelapan malam disertai hujan rintik-rintik, seluruh pasukan payung dikumpulkan di sekitar tiga pesawat Hercules termasuk seluruh awak pesawat. Suasana menjadi amat dramatis dan hening sejenak.

Melalui megaphone, Panglima Komando Mandala Mayjen TNI Soeharto didampingi pejabat-pejabat Mandala lainnya memberi pesan, “Kalian adalah prajurit pilihan, kalian adalah prajurit-prajurit pemberani. Tugas kalian malam ini sangat berat, penuh risiko tetapi mulia. Kerugian kita bisa mencapai 60 persen, yang tidak sanggup masih ada waktu untuk mundur...”

Semuanya terdiam, suasana hening sekali, hanya suara tarikan napas masing-masing di sela suara rintikan hujan yang berjatuhan yang sempat terdengar.

Kemudian Pak Harto melanjutkan lagi, memecah keheningan malam yang gelap. “Selamat Berjuang, Kita Mesti Menang…!" ujarnya meyakinkan.

Segera setelah itu prajurit-prajurit pemberani dan pilihan segera mengenakan payung utama di punggungnya dan payung cadangan di depan dada serta membawa “leg-bag” masing-masing satu. Mereka berjalan beriringan menuju pesawat Hercules yang sudah siap.

Karena beban yang berat, pasukan-pasukan itu berjalan agak pelahan namun pasti, tidak memperlihatkan keraguan sedikitpun.

Saya hampiri mereka menjelang naik ke dalam pesawat yang akan saya kemudikan. Dengan kedua tangan menggenggam rapat keatas, saya ucapkan selamat kepada pasukan payung yang saya kagumi dan banggakan.

Dalam kegelapan malam, dan masih diiringi hujan rintik-rintik, tiga pesawat Hercules bersiap-siap untuk tinggal landas. Penuh dengan pasukan dan bahan bakar, satu per satu menyusuri landasan yang basah dan becek serta bergelombang itu dengan susah payah.

Namun akhirnya tiga Hercules tersebut berhasil lepas landas. Setelah terbang mengarungi angkasa menembus kegelapan malam sepanjang 3 jam 50 menit, para pasukan pemberani tersebut terjun ke hutan belantara sebelah utara Merauke yang ganas.

Kami semua satu hati dan satu misi – membela Tanah Air tercinta. Bila saja tidak terjadi cease fire tanggal 15 Agustus 1962, pasti akan terjadi operasi-operasi penerjunan pasukan yang lebih hebat dan lebih emosional lagi.

Lapangan terbang Biak, benteng pertahanan Belanda dan lapangan terbang Sentani di Kotabaru (sekarang Jayapura) pusat pemerintahan Belanda di Irian Barat sudah menanti kedatangan kami, prajurit-prajurit pilihan dan pemberani.

Beberapa peristiwa dan kisah di atas sengaja dengan sadar saya pilih untuk mengingatkan kepada kita semua, bahwa dalam masa masa sulit, Indonesia masih memiliki orang orang yang bisa ditauladani.

Mereka tidak banyak bicara, tetapi banyak berbuat dan ikhlas berbuat, demi negeri tercinta. Selama sepuluh tahun kami bersama dalam suka dan duka.

Orang-orang tangguh dan andal yang patut disuritauladani: teknisi dan ahli teknik alutsista (alat utama sistem senjata) Angkatan Udara, petugas pangkalan udara beserta seluruh perangkatnya, serta prajurit prajurit pilihan yang pemberani, pasukan payung Indonesia.

Letnan Achmad, Letnan Tossin, Letnan Makmur, Kapten GF Mambu adalah beberapa nama teknisi dan ahli teknik yang masih saya ingat yang banyak dikagumi dan disegani karena kesabaran dan keuletan serta kecintaannya pada profesi.

Letnan Sadjad, Letnan Basyir, Letnan Palila, dan Kapten Hari Respati adalah beberapa nama Komandan Pangkalan Udara yang lekat dalam sejarah AURI karena keandalannya dan peranannya dalam operasi operasi udara.

Letnan Kolonel Sukani, Kapten Radix Sudarsono, Letnan Manuhua, adalah beberapa contoh prajurit AURI pilihan dan pemberani yang tanpa pedulikan untung-rugi, asalkan demi Tanah Air Indonesia.

Sebagian besar dari mereka adalah pewaris nilai-nilai kejuangan 45, pantang surut. Mereka memiliki integritas tinggi, penuh dedikasi dan determinasi, ulet, tangguh serta andal. Mereka patut ditauladani, mereka adalah motivator sekaligus inspirator saya.

Mereka telah memberi inspirasi pada saya untuk terus berbakti kepada Negara dan Bangsa bersama Angkatan Udara.

Perjalanan panjang ke depan terbentang di depan saya, jalan yang pasti tidak rata dan tidak mulus, tidak pula datar dan tidak pula lurus. Dengan tekad bulat, akan saya tapaki jalan itu, walaupun dengan susah payah.

Saya merasa tersanjung diberikan kesempatan oleh negeri tercinta ini untuk bertugas bersama mereka, orang orang tauladan. (Marsekal TNI Purn Sukardi)

 

(Kutipan dari buku “Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa”, tulisan Marsekal TNI (Purn) Sukardi. Diterbitkan oleh Kata Hasta Pustaka tahun 2010. Penyelaras akhir : Atmadji Sumarkidjo)

Jakarta 23 Juni 2020,
Chappy Hakim, untuk menghormati dan mengenang Almarhum Marsekal Sukardi dan para Pahlawan Operasi Trikora 1962.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com