Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

New Normal, Dipaksa Menjadi Astronot

Kompas.com - 04/06/2020, 16:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Belakangan ini muncul istilah yang sangat kontroversial yaitu "New Normal". Sebuah istilah untuk coba menggambarkan tentang perubahan besar dan baru yang terpaksa harus dilakukan bersama sebagai akibat dari melandanya Virus Corona Covid-19.

Perubahan besar dan baru ini terutama akan menyangkut antara lain tentang gaya hidup atau lifestyle.

Telah muncul banyak sekali tanggapan dalam penggunaan istilah New Normal ini. Ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang lebih tepat adalah kembali ke normal, karena selama ini kita sudah hanyut bertingkah laku yang menjurus kearah yang tidak normal.

Covid-19 menyadarkan kita semua untuk kembali hidup sederhana. Tentu saja sebaliknya ada pula yang berpendapat bahwa gaya hidup kita selama ini adalah gaya hidup yang normal namun kemudian terganggu Covid-19 sehingga perlu dicarikan jalan untuk menyesuaikannya sehingga patut disebut sebagai normal yang baru.

Apapun yang diperdebatkan dalam menanggapi munculnya istilah baru New Normal tersebut, dapat dipahami bahwa pada hakikatnya kita tengah dipaksa untuk berubah menyesuaikan diri sebagai akibat Covid-19. Intinya adalah bahwa telah terjadi sebuah tuntutan akan adanya perubahan.

Perubahan yang menarik

Dulu kita pernah berkenalan dengan istilah culture shock, yang antara lain digunakan untuk mewakili seseorang yang tiba-tiba berada di tengah kemajuan teknologi yang dia belum siap untuk menghadapinya.

Para mahasiswa yang belajar di negara maju yang tiba-tiba berhadapan dengan lingkungan kemajuan teknologi yang sedemikian rupa, sehingga menyebabkan dirinya harus menyesuaikan diri sekuat tenaga. Ada yang survive ada pula yang gagal dan frustrasi.

Secara sederhana culture shock kemudian berkembang dan digunakan juga dalam skala yang tidak begitu besar dengan istilah gaptek atau gagap teknologi.

Kerap para orang tua yang ketinggalan keterampilan dengan anak-cucu nya dalam menggunakan gadget disebut juga sebagai gaptek.

Banyak para orang tua misalnya saja akan kesulitan untuk turut berselancar dalam Facebook Twitter, WhatsApp, Instagram dan entah apalagi produk teknologi mutakhir.

Arus dari Gaptek ini menyebar luas hingga pada lapis masyarakat usia tertentu. Akibatnya adalah, bagi yang tidak atau kurang berhasil menyesuaikan diri dalam menggunakan gadget, menjadi agak frustrasi.

Tidak semua, karena sebagian lainnya, walau dengan susah payah kemudian berhasil juga untuk dapat bergabung, berselancar di dunia maya.

Demikianlah keadaan yang terjadi bahwa kemajuan teknologi telah menyediakan banyak fasilitas yang sangat memudahkan orang terutama dalam berkomunikasi.

Salah satu yang sangat membantu adalah bahwa kegiatan riset dan penelitian sudah dapat dengan mudah dilakukan melalui internet, tanpa harus melakukan on the job training dan juga studi banding yang biayanya jauh lebih mahal.

Walau tetap saja ada yang mencari-cari alasan untuk melakukan studi banding dengan interest tertentu. Intinya adalah, banyak sekali kemudahan yang tersedia dari kemajuan teknologi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com