Perubahan besar dan baru ini terutama akan menyangkut antara lain tentang gaya hidup atau lifestyle.
Telah muncul banyak sekali tanggapan dalam penggunaan istilah New Normal ini. Ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang lebih tepat adalah kembali ke normal, karena selama ini kita sudah hanyut bertingkah laku yang menjurus kearah yang tidak normal.
Covid-19 menyadarkan kita semua untuk kembali hidup sederhana. Tentu saja sebaliknya ada pula yang berpendapat bahwa gaya hidup kita selama ini adalah gaya hidup yang normal namun kemudian terganggu Covid-19 sehingga perlu dicarikan jalan untuk menyesuaikannya sehingga patut disebut sebagai normal yang baru.
Apapun yang diperdebatkan dalam menanggapi munculnya istilah baru New Normal tersebut, dapat dipahami bahwa pada hakikatnya kita tengah dipaksa untuk berubah menyesuaikan diri sebagai akibat Covid-19. Intinya adalah bahwa telah terjadi sebuah tuntutan akan adanya perubahan.
Perubahan yang menarik
Dulu kita pernah berkenalan dengan istilah culture shock, yang antara lain digunakan untuk mewakili seseorang yang tiba-tiba berada di tengah kemajuan teknologi yang dia belum siap untuk menghadapinya.
Para mahasiswa yang belajar di negara maju yang tiba-tiba berhadapan dengan lingkungan kemajuan teknologi yang sedemikian rupa, sehingga menyebabkan dirinya harus menyesuaikan diri sekuat tenaga. Ada yang survive ada pula yang gagal dan frustrasi.
Secara sederhana culture shock kemudian berkembang dan digunakan juga dalam skala yang tidak begitu besar dengan istilah gaptek atau gagap teknologi.
Kerap para orang tua yang ketinggalan keterampilan dengan anak-cucu nya dalam menggunakan gadget disebut juga sebagai gaptek.
Banyak para orang tua misalnya saja akan kesulitan untuk turut berselancar dalam Facebook Twitter, WhatsApp, Instagram dan entah apalagi produk teknologi mutakhir.
Arus dari Gaptek ini menyebar luas hingga pada lapis masyarakat usia tertentu. Akibatnya adalah, bagi yang tidak atau kurang berhasil menyesuaikan diri dalam menggunakan gadget, menjadi agak frustrasi.
Tidak semua, karena sebagian lainnya, walau dengan susah payah kemudian berhasil juga untuk dapat bergabung, berselancar di dunia maya.
Demikianlah keadaan yang terjadi bahwa kemajuan teknologi telah menyediakan banyak fasilitas yang sangat memudahkan orang terutama dalam berkomunikasi.
Salah satu yang sangat membantu adalah bahwa kegiatan riset dan penelitian sudah dapat dengan mudah dilakukan melalui internet, tanpa harus melakukan on the job training dan juga studi banding yang biayanya jauh lebih mahal.
Walau tetap saja ada yang mencari-cari alasan untuk melakukan studi banding dengan interest tertentu. Intinya adalah, banyak sekali kemudahan yang tersedia dari kemajuan teknologi.
Nah, pada titik inilah ketika Covid-19 datang menjelang, maka tiba-tiba saja kita semua harus berubah, karena tidak dapat lagi berkumpul ria dalam banyak kegiatan yang biasa dilakukan. Seminar, workshop, simposium termasuk olah raga, musik dan lain-lain yang melibatkan banyak orang dalam satu ruangan, menjadi berhenti total.
Salah satu puncaknya adalah belakangan ini, webinar dan Zoom Meeting telah tumbuh menjamur, menggantikan model yang biasa dilakukan sebelumnya.
Semua berubah menjadi pertemuan virtual, selamat tinggal studi banding dan on the job training, karena kini sudah dapat dilakukan dengan online.
Tuntutan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari Covid-19 itulah yang sebenarnya membuat kita semua harus menyesuaikan diri dengan cara yang baru dan kemudian diistilahkan dengan New Normal yang kontroversial itu.
Betapa dahsyatnya Covid-19 yang telah membuat kita semua terpaksa berubah. Kadang tidak kita sadari bahwa perubahan yang dituntut oleh keberadaan Covid-19 yang tidak terlihat itu ternyata sangat drastis.
Manusia yang seharusnya dapat hidup bersahabat dengan alam sekitar di permukaan bumi ini sebagai habitatnya, kini ditantang untuk memposisikan dirinya sebagai mahluk asing.
Para petugas medis terpaksa harus mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan aman.
Mereka harus mengenakan pakaian layaknya astronot yang harus mengenakan pakaian pelindung diri di tengah lingkungan yang sangat membahayakan kesehatannya di ruang angkasa, ruang lingkungan yang bukan merupakan habitat manusia.
New Normal, antara lain telah memaksa manusia untuk menjadi astronot di permukaan bumi ini.
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/04/16245181/new-normal-dipaksa-menjadi-astronot