Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menristek Jelaskan Perkembangan Produksi Vaksin Covid-19 di Indonesia

Kompas.com - 04/06/2020, 12:58 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menjelaskan perkembangan produksi vaksin untuk Covid-19 di dalam negeri.

Menurut Bambang, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman saat ini telah memimpin riset di sektor vaksin untuk transmisi lokal Covid-19.

"Konsorsium Riset dan Inovasi tentang Covid-19 didanai oleh Kemenristek/BRIN," ujar Bambang sebagaimana dikutip dari keterangan pers Kemenristek/BRIN, Kamis (4/6/2020).

Baca juga: Jubir Pemerintah: Kita Tak Perlu Menunggu Datangnya Vaksin untuk Kembali Produktif

Berdasarkan perkembangan terakhir, kata dia, LBM Eijkman sudah menemukan tambahan jenis virus (strain) Covid-19 di Indonesia.

Sehingga, dari yang semula tiga strain kini menjadi tujuh strain. Meski demikian, tiga strain dari Indonesia tetap masuk kategori others.

"Jadi ternyata virus yang dari Indonesia masih dikenali dulu karakternya. Kenapa ini penting karena kalau kita buat vaksin, vaksin itu harus bisa menjawab transmisi lokal yang ada di Indonesia,” jelas Bambang.

Meski demikian, Bambang memperhitungkan akhir tahun ini sudah ada bibit vaksin atau vaccine seed khusus untuk strain coronavirus di Indonesia.

Baca juga: Di Hadapan 200 Delegasi, Indonesia Dorong Kesetaraan Semua Negara Akses Vaksin Covid-19

Akan tetapi, penggunaan vaksin untuk imunisasi massal kemungkinan dilakukan pada tahun depan.

Itu setelah bibit vaksin lolos uji medis dan dapat diproduksi massal untuk, paling tidak, separuh penduduk Indonesia.

“Bibit vaksinnya mungkin bisa ditemukan tahun ini tapi imunisasi massal itu baru bisa mungkin tahun depan. Vaksinnya sendiri harus diproduksi," katanya.

Bambang mengingatkan, memproduksi vaksin itu jelas tidak gampang dan skalanya sangat besar. Sebab, di Indonesia sendiri ada 260 juta penduduk.

"Jadi kita buat vaksin antara separuh sampai dua per tiga penduduk yang harus divaksin. Berarti vaksin yang dibutuhkan antara 130 sampai 170 juta. Itu belum menghitung boosternya," tutur Bambang.

"Kalau kita divaksin, itu sekali vaksin belum tentu imun kita muncul sehingga harus ada boosternya sampai imun muncul. Tentu saja setiap orang berbeda, ada yang sekali vaksin langsung muncul. Ada yang tidak muncul-muncul,” tambahnya.

Sebelumnya, Bambang mengatakan Indonesia memerlukan vaksin khusus yang berbeda dengan vaksin yang dikembangkan di negara lain.

"Hal ini mengingat tiga jenis atau strain virus Covid-19 yang menyebar di dalam negeri belum terkategorisasi oleh database terkait influenza dan coronavirus di dunia Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID)," ujar Bambang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com