BEBERAPA waktu lalu organisasi profesi jurnalis foto Pewarta Foto Indonesia (PFI) mengadakan diskusi daring tentang optimisme di masa pandemi Covid-19. Dalam diskusi itu dibahas bagaimana jurnalis foto dapat berperan memupuk harapan di masa krisis yang tidak terlihat ujung akhirnya ini.
Di saat krisis seperti ini, jurnalis dibutuhkan untuk tak hanya mewartakan tapi juga menjadi pendukung kemanusiaan. Yaitu dengan mendistribusikan kabar yang akurat, faktual, kredibel, dan mendorong semangat kebangkitan.
Jurnalisme di Tanah Air terutama visual telah terbukti menjadi pendorong kebangkitan tiap kali bencana datang.
Kita tentu ingat bagaimana masyarakat di luar Sumatera bahu membahu menggalang bantuan ketika Tsunami menghantam Aceh pada 2004 silam.
Hal serupa terjadi ketika gempa dan Tsunami meluluh lantakkan Palu dan Donggala pada 2018.
Namun, sekarang jurnalisme menghadapi kondisi bencana yang sama sekali berbeda. Kerja reportase berubah, pertama soal pengumpulan informasi dan kedua soal keamanan diri.
Proses pengumpulan informasi berubah, banyak data hanya disampaikan oleh narasumber secara satu arah dan akses gerak jurnalis juga terbatas.
Adapun soal keamanan, jurnalis dihinggapi kekhawatiran bahwa meski dengan pengaman yang memadai dan kehati-hatian, tak ada jaminan bahwa mereka tidak akan terpapar Covid-19.
Bila di situasi bencana lain fotografer dan korban bencana sebagai narasumber berada di situasi yang berbeda, sekarang fotografer menghadapi risiko berada di situasi yang sama dengan narasumber, yaitu berubah menjadi korban.
Fotografer memutar otak untuk memotret dengan batasan itu. New York Magazine edisi terbaru menggunakan foto sampul depan tanpa fotografer berada langsung di hadapan subyeknya.
Potret penyintas holocaust Marga Greisbach berusia 92 tahun dibuat dengan perantara aplikasi Zoom. Fotografer Christopher Anderson berada di Paris dan narasumber berada di Washington.
Anderson menangkap tampilan layar yang ia arahkan dengan bantuan anak Greisbach, Deborah sebagai asisten fotografer dadakan.
Indonesia kini telah tiga bulan menghadapi corona sejak diumumkan masuk ke Indonesia oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, 2 Maret 2020.
Virus corona jenis baru ini telah menghancurkan banyak sendi kehidupan termasuk ekonomi.
Dalam diskusi yang digelar PFI itu digagas, jurnalis foto akan mengambil peran mendorong optimisme.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.