Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Lanskap Politik Indonesia dalam Kurungan Covid-19

Kompas.com - 06/04/2020, 13:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

POLITIK adalah tentang who gets what, when, how, demikian ungkapan yang sangat dikenal dalam dunia politik. Definisi ini disampaikan oleh Harold Laswell, seorang ilmuwan politik Amerika, dalam salah satu bukunya yang terkenal di tahun 1936, dengan judul yang sama.

Berbicara tentang politik, berarti berbicara tentang siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana.

Untuk mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana, tentunya setiap parpol mesti memahami lanskap politik terkini di lingkungan tempatnya berada.

Begitu juga dengan partai politik di Indonesia. Pemahaman mengenai lanskap politik Indonesia terkini, menjadi dasar bagi setiap parpol dalam memilih jalan yang akan ditempuh untuk merebut kepercayaan masyarakat.

Menarik untuk menelaah, seperti apa lanskap politik Indonesia terkini, termasuk krisis Covid-19 yang menjadi bagian di dalamnya saat ini.

Peta politik parlemen

Lanskap politik Indonesia terkini yang pertama adalah perubahan peta politik di parlemen pasca Pileg 2019.

Saat ini ada sembilan partai politik parlemen. Enam parpol merupakan pendukung pemerintah, yaitu PDI-P, Golkar, Gerindra, PKB, Nasdem, dan PPP. Adapun yang di luar pemerintahan ada tiga parpol, yaitu Demokrat, PKS, dan PAN.

Koalisi parpol di dalam pemerintahan memiliki 427 kursi atau 74 persen, sedangkan parpol di luar pemerintahan memiliki 148 kursi atau setara dengan 26 persen kursi parlemen.

Secara matematis, parpol di luar pemerintahan, memiliki keterbatasan ruang gerak karena program dan anggaran pemerintah lebih condong seirama dengan program para parpol pendukung, dan begitu juga sebaliknya.

Dengan kata lain, butuh kemampuan ekstra untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Apalagi tiga parpol di luar pemerintahan, saat ini masih memiliki posisi masing-masing.

PAN diprediksi memilih pendekatan soft dan cenderung mendekat ke pemerintah. Terpilih kembalinya Zulkifli Hasan dan keluarnya Amien Rais yang sangat kritis terhadap pemerintahan Jokowi dari struktur DPP PAN 2020-2025 bisa dianggap sebagai "kode keras" ingin mengambil hati pemerintah.

Adapun PKS cenderung mengambil jarak dari pemerintahan. Langkah PKS ini sangat strategis untuk menjaga pemilih mereka di 2019 lalu, yang notabene tidak memilih Joko Widodo.

Posisi tersebut sekaligus mengintip peluang mengambil ceruk pemilih Gerindra yang kecewa karena Gerindra bergabung dengan pemerintahan.

Untuk Demokrat, masih ditunggu bagaimana memosisikan dirinya dan menentukan pola relasi dengan pemerintah, koalisi parpol pendukung pemerintah, dan sesama parpol di luar pemerintahan pasca pergantian tampuk kepemimpinan ke Agus Harimurti Yudhoyono.

Di satu sisi, harus ada strong point dan strong value yang ditawarkan Demokrat dan bermanfaat serta berbeda dibandingkan dengan parpol-parpol pendukung pemerintah, sehingga Pemerintah merasa perlu mendengarkan masukan-masukan Demokrat.

Di sisi lain, Demokrat juga harus hadir menyuarakan aspirasi dan memberikan solusi untuk masyarakat yang terbatas aksesnya atau kurang terakomodir dalam kebijakan dan program pemerintah.

Gerakan nyata yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Karena kalau sekedar kencang ke pemerintah, ada PKS yang dianggap jauh lebih kencang, dan posisinya, clear and loud, jauh dari pemerintah.

Hanya, mendekati Pemilu 2024, lanskap politik ini dapat saja berubah. Parpol-parpol pendukung pemerintah bisa saja tidak selalu sepakat lagi, karena memiliki kepentingan untuk pemilu 2024.

Bagaimanapun, Presiden Joko Widodo tidak dapat maju lagi di 2024, sehingga persaingan menjadi sangat terbuka, bagi kader-kader terbaik dari sembilan parpol parlemen.

Positioning yang tepat menjelang pemilu, bisa membuka jalan menarik simpati pemilih yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Polarisasi

Lanskap politik kedua adalah mengentalnya budaya politik polarisasi. Jika Anda memiliki pilihan atau pemikiran yang sama dengan saya, Anda adalah teman saya. Jika sebaliknya, Anda adalah lawan saya. Pola pikir ekstrem ini mendekati konsep identifikasi diri menurut WG Sumner, in-group dan out-group.

Sekarang, di beberapa elemen masyarakat ada kecenderungan memetakan orang-orang di sekelilingnya, berdasarkan pilihan politik. Ada in-group, dan ada out-group.

Saya pendukung pemerintah, sedangkan teman saya sesama pendukung pemerintah (in-group), apa pun sarannya, pasti punya niat baik untuk pemerintah.

Yang bukan pendukung pemerintah atau berada di luar pemerintah (out-group), apa pun sarannya, pasti punya niat menjelek-jelekkan pemerintah, dan punya niat untuk menjatuhkan pemerintah.

Ada kecenderungan menguatnya prasangka kepada kelompok yang berbeda pandangan. Menganggap pihak yang satu kutub dengannya sebagai sesama patriot, pembela bangsa dan negara. Di sisi lain, menganggap pihak lain sebagai musuh, pengkhianat, yang berusaha menghancurkan negara ini.

Seakan-akan dunia akan hancur kalau tokoh yang didukungnya, mengalami kekalahan dalam kontestasi, atau bahkan sekedar kalah berargumentasi dalam diskusi (Levitsky & Ziblatt:2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com