KOMPAS.com - Namanya, Joni Armani Mingun (52), pedagang bakso asal Wonogiri, Jawa Tengah. Meski hanya seorang pedagang bakso, pria ini sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana.
Ia mulai memasak bakso sejak pukul 02.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) dini hari, barulah berkeliling pada pukul 09.00 WIB pagi hingga sore.
Bakso dagangannya dibandrol hanya Rp 10.000 per mangkok dan selalu habis terjual 200 porsi setiap hari.
Joni kerap mangkal di kawasan Jalan Masjid Al-Fallah, Pasar Minggu Jakarta Selatan. Namun, perjalanan hidupnya sebagai pedagang bakso tak mulus-mulus saja.
Baca juga: Di Lombok Utara, Dompet Dhuafa Gelar Pelatihan Sekolah Madrasah Aman Bencana
Dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/2/2020), diceritakan, sejak lulus Sekolah Teknik Menengah (STM) pada 1984, Joni nekat hijrah ke Jakarta untuk memulai usaha bengkel bersama pamannya di kawasan Pasar Minggu.
Namun tak berlangsung lama, ia memutuskan pulang ke Wonogiri dan menikah.
Joni kemudian menghidupi istri dan anaknya dengan bekerja di bengkel, hingga setahun kemudian memulai bisnis bengkelnya sendiri. Namun, usahanya bangkrut.
"Bagaimana nanti kalau punya anak ya? Dia makan apa? Akan seperti apa hidupnya?", pikir Joni kala itu.
Demi istri dan anaknya, ia pun memutuskan berdagang bakso. Namun sayang usahanya itu belum membuahkan hasil.
Baca juga: Di Jayapura, Dompet Dhuafa Kenalkan Materi Gizi Seimbang
"Dagang bakso di Wonogiri gagal, di Kranji gagal, di Cirebon gagal, di Pondok Cabe juga gagal", jelas Joni.
Setelah gagal di tiga daerah tersebut, Joni memutuskan kembali ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan untuk berdagang bakso keliling.
"Gerak, jemput bola," kata Joni.
Beruntunglah Joni, pada 2004 ia bertemu tim Karya Masyarakat Mandiri (KMM) Dompet Dhuafa yang sedang melakukan assesment program ‘Pedagang Tangguh’ ke-3 bersama Miwon.
Dengan semangat, Joni pun menyiapkan berkas dan data administrasi untuk ikut serta program itu.
Baginya, ini adalah kesempatan dan rezeki agar mendapatkan wawasan baru dari pelatihan-pelatihan yang digelar.