Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P: Masak Jokowi Mau Merusak Namanya Sendiri gara-gara Gibran dan Bobby?

Kompas.com - 23/12/2019, 11:51 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI Perjuangan (PDI-P) menyebutkan, tidak akan mungkin Presiden Joko Widodo (Jokowi) mau merusak namanya sendiri gara-gara putranya Gibran Rakabuming Raka dan menantunya, Bobby Nasution.

Hal tersebut menyusul tudingan dinasti politik di keluarga Jokowi karena putra sulung dan menantunya itu akan mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

Sebagaimana diketahui, Gibran akan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo sedangkan Bobby sebagai Wali Kota Medan.

"Masa Jokowi mau merusak nama dia gara-gara Gibran dan Bobby? Memangnya Jokowi tidak mau jaga reputasi dia? Tidak mau jaga bagaimana dia bikin legacy, bodoh banget kalau dia mempertaruhkan itu. Tidak!" kata Maruarar dalam acara Cross Check bertajuk Jokowi Langgengkan Politik Dinasti di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (22/12/2019).

Baca juga: Perjalanan Gibran Menuju Pilkada Solo: Ogah Masuk Politik, Ketemu Megawati hingga Tunggu Hak Prerogatif PDI-P

Menurut Maruarar, jika Gibran dan Bobby maju, kemudian mereka kalah, maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah baik bagi Jokowi maupun bagi Gibran dan Bobby sendiri.

Apalagi, kata dia, Jokowi hingga saat ini dalam pertarungan politik selalu memenangkan pertarungannya.

Antara lain dua kali menjadi Wali Kota Solo, Gubernur, dan dua kali menjadi Presiden.

"Jadi, saudara-saudara harus tahu juga, tidak mau dia pertaruhkan reputasinya gara-gara memaksakan Gibran Bobby. Tidak mungkin," tegas Maruarar.

Baca juga: Pilkada Solo 2020, PDI-P Bakal Uji Loyalitas Gibran dan Achmad Purnomo

Sementara itu, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, baik Gibran maupun Bobby, maju melalui partai politik yang memiliki sistem dan aturan main.

Dengan demikian, kata dia, di dalam partai tersebut apabila ada orang baru hadir menjadi kader dan menggeser mekanisme bahkan orang lain yang mengikuti aturan partai, maka tak heran jika terdapat anggapan muncul dinasti politik.

"Apakah ini bagian dari melanggengkan dinasti politik? Sikap Presiden menjadi penting, di tengah sistem presidensial yang kita anut, dia adalah simbolisasi dari praktik demokrasi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com