Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko Polhukam Sebut Omnibus Law Dibutuhkan Agar Investasi Tak Macet

Kompas.com - 13/11/2019, 20:15 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menyebutkan bahwa rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membuat Omnibus Law adalah agar investasi yang masuk ke Indonesia tidak macet.

"Itu metode pembuatan UU untuk mengatur banyak hal dalam satu paket agar tidak tumpang tindih dan investasi macet (dibuat omnibus law). Kan sekarang investasi macet karena aturannya banyak," kata Mahfud usai rapat terkait Omnimbus Law di Kantor Kemenkopolhukam, Rabu (13/11/2019).

Omnibus Law merupakan peraturan untuk mensinkronkan peraturan-peraturan yang terkait satu hal yang sama.

Baca juga: Sebelum Rancang Omnibus Law, Jokowi Diminta Perhatikan 5 Hal Ini

Menurut Mahfud, saat ini sering terjadi kepada para investor, mereka sudah memenuhi suatu aturan di kementerian atau lembaga terkait, tetapi justru dinilai belum oleh kementerian atau lembaga lain karena ada aturan lainnya.

Hal tersebut menyebabkan investasi tidak masuk.

Dia mencontohkan bagaimana beberapa kementerian yang menangani hal sama tetapi memiliki peraturan yang berbeda-beda.

Baca juga: Tanpa Perbaikan Birokrasi, Ide Omnibus Law Jokowi Dinilai Tak Efektif

"Misalnya kalau sekarang cara perizinan yang berbeda-beda, menteri perindustrian beri izin beda. Orang mau investasi, selesai di perindustrian, kata bea cukai dan pajak belum, dan lain-lain," kata dia.

"Jadi pintunya terlalu banyak, makanya dibuat Omnibus Law," kata dia.

Diberitakan, Presiden Jokowi dalam pidato pertamanya setelah dilantik sebagai Presiden RI 2019-2024, Minggu (20/10/2019), menyebut akan membuat konsep hukum perundang-undangan yang disebut Omnibus Law.

Baca juga: Apa Itu Omnibus Law, yang Disinggung Jokowi dalam Pidatonya?

Menurut Jokowi, melalui Omnibus Law, akan menyederhanakan kendala regulasi yang saat ini berbelit dan panjang.

Rencananya, Jokowi ingin mengajak DPR untuk menggodog 2 UU besar.

Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja dan kedua, UU Pemberdayaan UMKM.

“Masing-masing UU tersebut akan menjadi Omnibus Law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU,” kata Jokowi.

Kompas TV Presiden Joko Widodo Hari Rabu (30/10) memimpin rapat terbatas tentang penyampaian program dan kegiatan di bidang kemaritiman dan investasi. Presiden meminta Menko Kemaritiman dan investasi untuk fokus menyiapkan terobosan, guna menekan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan. Dalam ratas ini, Presiden Joko Widodo mengungkapkan kemarahannya karena proyek tol laut justru dikuasai sektor swasta nasional. Presiden menegaskan bahwa pembangunan tol laut guna menurunkan biaya produksi logistik transportasi.<br /> <br /> Keberadaan tol laut sendiri awalnya berhasil menurunkan harga barang di daerah hingga 30 persen. Namun belakangan, harga kembali melambung karena trayek tol laut yang dimonopoli swasta. #TolLautIndonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com