4.Radikalisme
Terakhir, paparan radikalisme yang bisa datang dari mana saja dan memengaruhi pola pikir anak.
Apalagi, dengan interaksi yang dilakukan anak di dunia digital yang dipenuhi dengan berbagai doktrinasi dan paham yang sangat beragam.
“Karena anak tanpa sepengahuan orang terdekat rentan terpapar ideologi dan narasi radikalisme akibat intensitasnya dengan dunia digital,” ujar dia.
Hal ini membuat orangtua atau orang dewasa yang ada di sekitar anak harus benar-benar hadir dan menunjukkan keberadaannya sebagai sosok yang dapat melindungi cara pikir sang anak dari ajaran radikalisme dan sebagainya.
Selain empat masalah di atas, Susanto mengingatkan, ada satu hak anak yang patut difasilitasi dan dipenuhi, yakni hak bermain.
Ia mengingatkan para orangtua untuk lebih selektif memberikan media bermain bagi anak.
“Game sadisme, kekerasan, bermuatan judi, pornografi, bermuatan sara bahkan kebencian tak boleh hadir di ruang bermain anak,” ujar dia.
Susanto juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap perkembangan anak-anak di sekitarnya dengan memberikan media permainan yang aman dan sesuai dengan kebutuhannya.
“Ayo pastikan anak-anak Indonesia bermain dengan media yang aman, konten berkarakter, dan relevan dengan fase perkembangannya,” kata Susanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.