"Saya pikir juga kurangnya sosialisasi dari teman media juga terhadap bagaimana membaca survei yang benar, cara membaca quick count yang benar. Termasuk jangan-jangan sebagian teman wartawan belum tentu mengerti membaca survei dan quick count dengan benar gitu ya. Dan ini kesalahan kami juga, nanti bisa jadi dikoordinasikan bersama," kata dia.
Yunarto berharap ada kerja sama lebih lanjut lembaga-lembaga survei dengan para awak media melalui pelatihan soal survei dan hitung cepat secara baik.
Sehingga, ini juga untuk mendongkrak pendidikan politik kepada masyarakat luas.
Khususnya kepada mereka yang meragukan kinerja lembaga survei, hasil hitung cepat dan tidak bisa membedakan antara survei dan hitung cepat.
"Itu yang menurut saya harus digalakkan ketika bicara proses lima tahun ke depan, pemilihan-pemilihan yang tidak meributkan lagi hasil quick count tapi malah melihat quick count sebagai alat pegangan untuk menjaga proses real count yang waktunya berjalan lama. Sehingga publik tidak makin alergi dengan ilmu politik modern, dengan riset politik modern," ujar Yunarto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.