JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Viryan Aziz merunut berbagai hoaks yang menyerang mereka selama tahapan pemilu ini.
Viryan memaparkan, analisis KPU yang membuat mereka yakin hoaks ini sistematis dan dibuat oleh kelompok tertentu.
Viryan mengatakan, pada September 2018, hoaks mulai muncul secara berturut-turut.
"Pertama dugaan DPT ganda 25 juta tetapi yang berkembang di medsos ada DPT ganda 25 juta, bukan dugaan," ujar Viryan dalam sebuah diskusi berjudul "Hitung Mundur Pemilu 2019" di Jalan Sudirman, Jumat (12/4/2019).
Padahal, potensi DPT ganda yang dikumpulkan KPU ketika itu hanya 3,5 juta.
Baca juga: KPU Minta Publik Tak Berpolemik soal Surat Suara Tercoblos di Malaysia
Hoaks kedua adalah adanya 31 juta DPT siluman yang masuk ke KPU. Viryan mengatakan, fakta di lapangan hal itu tidak pernah terjadi.
Hoaks berikutnya adalah isu 14 juta orang gila masuk ke dalam DPT. Viryan nengatakan, isu itu sangat masif dan masih mudah dicari melalui mesin pencari di internet.
"Menariknya adalah ketika tanggal 2 Januari, muncul isu ditemukan 7 kontainer surat suara di Pelabuhan Tanjung Priuk sudah tercoblos untuk salah satu calon tertentu," ujar Viryan.
Ada dua hal menarik dari hoaks kontainer surat suara ini. Pertama, kontainer yang dimaksud disebut-sebut berisi 10 juta surat suara.
Baca juga: KPU Sudah Curiga soal 7 Kontainer Surat Suara Tercoblos adalah Hoaks
Artinya jika dikalikan 7 kontainer, ada 70 juta surat suara yang tercoblos. Viryan mengatakan angka 70 juta surat suara itu begitu menarik.
"Kenapa kok 70 juta? Tanpa perlu kita jawab beberapa saat kemudian di twitter muncul angka penjumlahan 31+25+14. Jadi 25 juta DPT ganda ditambah 31 DPT siluman dan ditambah 14 juta orang gila masuk DPT dapat lah angka 70 juta. Surat suaranya itu ada di dalam kontainer," ujar Viryan.
Menurut dia, ini menunjukan ada keterkaitan antara hoaks-hoals yang muncul. Hal menarik kedua adalah mengenai waktu munculnya hoaks 7 kontainer surat suara itu.
Hoaks tersebut muncul pada 2 Januari. Di saat yang sama, KPU memang berencana untuk meresmikan pencetakan perdana surat suara pada pagi harinya.
Baca juga: KPU Akan Cek Keaslian Surat Suara yang Tercoblos di Malaysia
Rencana peresmian pencetakan perdana ini telah disusun sejak November 2018. Namun jelang hari peresmian, KPU memutuskan untuk menundanya sampai 20 Januari.
"Nah, yang bikin hoaks ini enggak tahu kalau ada perubahan itu. Kita bisa bayangkan kalau pagi hari Pak Arief Budiman (Ketua KPU), saya, dan teman-teman melakukan peresmian pencetakan perdana surat suara. Lalu sore harinya merebak berita ditemukan 7 kontainer yang sudah tercoblos, itu luar biasa," kata Viryan.
Analisis ini membuat pihaknya meyakini bahwa hoaks dibuat masif dan sistematis. Bahkan bisa terus berlangsung sampai pemilu berakhir.
Terbukti, baru-baru ini muncul hoaks mengenai server KPU di Singapura dirancang memenangkan salah satu paslon tertentu. Padahal, semua server KPU berada di Jakarta.
"Ada satu kelompok orang jahat, kami tidak bisa dan kami enggak tahu siapa dan ini sangat terasa dan bisa terukur sampai sekarang. Begitu Slsistematis dan terus memproduksi hoaks pemilu kepada penyelenggara dan penyelenggaraan pemilu," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.