Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK: Pelaku Korupsi Semakin Muda dan Melibatkan Keluarga

Kompas.com - 06/03/2019, 13:53 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang perjalanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), rentang usia pelaku korupsi semakin muda.

Tak hanya itu, kejahatan korupsi yang ditangani KPK juga melibatkan anggota keluarga.

Hal itu disampaikan Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Yuyuk Andriati Iskak saat bertemu 39 finalis Puteri Indonesia, Rabu (6/3/2019).

"Semakin ke sini itu, korupsi semakin muda pelakunya, rentang usianya, profesinya makin beragam, dan melibatkan keluarga," kata Yuyuk dalam paparannya bertajuk 'Perempuan Agen Pencegahan Korupsi yang Luar Biasa', di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta.

Baca juga: KPK: Pembekuan Anggaran Untungkan Pelaku Korupsi

KPK kerap menjerat pelaku yang memiliki ikatan keluarga, seperti suami-istri, adik-kakak, ayah-anak, atau ibu-anak.

Menurut Yuyuk, regenerasi koruptor bisa dikatakan mengkhawatirkan dan terus berlangsung.

Yuyuk menilai, salah satu cara mencegah korupsi dari keluarga lewat peran perempuan.

Peran perempuan dinilai strategis mencegah tumbuhnya perilaku korupsi dari rumah.

"Karena kita berangkat dari rumah kan semuanya, anak-anak pengalamannya kan dari orang tua yang mengajarkan. Nah, program Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) yang menyasar ibu-ibu, dan untuk mencegah produksi koruptor dari rumah," kata dia.

Baca juga: Wakil Ketua KPK Kaget Mayoritas Pelaku Korupsi Bergelar Master

Ia menilai, banyak hal-hal kecil yang mengarah pada korupsi, seperti tidak mengenakan helm, menyela antrean, menyontek, atau tak mengembalikan sisa uang yang dititipkan orang tua saat membeli sesuatu.

"Perilaku kecil-kecil itu loh yang nanti berevolusi, jadi korupsi. Jadi enggak ada orang tiba-tiba korupsi langsung gede, dia pasti punya sejarah di belakangnya, mungkin waktu kecil nyontek, ngambil uang buku dari ibunya kembalian enggak dibalikin," papar Yuyuk.

Menurut Yuyuk, perempuan memiliki aktivitas sosial yang beragam, seperti arisan, pengajian, hingga reuni.

Mereka juga punya jejaring luas dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perempuan bisa menyebarluaskan nilai-nilai antikorupsi.

"Dari yang kita amati karena perempuan punya keinginan kuat untuk melindungi keluarga dan orang-orang yang disayangi. Secara naluri ibu pasti ingin melindungi anaknya, melindungi suaminya," ujar dia.

Yuyuk mencontohkan, salah satu agen SPAK yang merupakan seorang hakim di salah satu pengadilan agama.

Sang hakim melihat beberapa perilaku di pengadilan tersebut yang cenderung koruptif.

"Dia melihat orang antre mengurus perkara di pengadilan masih semrawut, masih pakai calo, dulu-duluan ngasih duit supaya bisa dilayani. Ibu ini melihat ini potensi koruptifnya luar biasa, dia akhirnya melakukan terobosan-terobosan," kata dia.

"Jadi kesadaran itu pun sebuah perubahan, kita sangat menghargai perubahan sekecil apa pun," lanjut Yuyuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Nasional
Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

Nasional
Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

Nasional
Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

Nasional
Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

Nasional
KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

Nasional
PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

Nasional
PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

Nasional
KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

Nasional
MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

Nasional
Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Nasional
TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

Nasional
Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk Jadi Penasihat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk Jadi Penasihat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Nasional
PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com