Namun selama ini dia hanya diam, sampai akhirnya angkat bicara kemarin sore.
"Empat tahun dikatakan Presiden Jokowi antek asing. Empat tahun! Saya diam, saya diam. Tetapi saat ini adalah saatnya saya berbicara," kata Jokowi.
Jokowi menyinggung tiga hal terkait perebutan aset negara dari pihak asing. Pertama adalah pembubaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral) yang menurutnya butuh keberanian.
Baca juga: Jokowi: Infrastruktur adalah Pondasi Negara Ini untuk Maju
Kemudian, Jokowi menyinggung Blok Mahakam yang sudah dikelola Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation selama 50 tahun. Kini Blok Mahakam sudah diambil alih dan dikelola Pertamina.
Selanjutnya, Jokowi menyinggung soal Blok Rokan yang sudah puluhan tahun dikelola oleh Chevron. Kini Blok Rokan sudah dimenangi oleh Pertamina. Kemudian juga soal Freeport yang mayoritas sahamnya sudah dikuasai oleh Indonesia.
Jokowi pun kesal karena masih disebut sebagai antek asing. Padahal, kata dia, merebut itu semua bukan perkara mudah.
"Dipikir mengambil alih barang-barang seperti itu mudah? Dipikir mengambil alih aset besar seperti itu gampang? Kalau mudah dan gampang, sudah dari dulu diambil alih," kata Jokowi.
Baca juga: Jokowi: Mereka Pikir Saya Ini Penakut dan Tidak Berani!
Jokowi mengatakan selama ini dia diam saja menghadapi tuduhan itu. Namun, sikapnya malah dianggap sebagai bentuk rasa takut.
"Jangan orang memiliki anggapan mentang-mentang Presiden Jokowi begitu, terus itu penakut. Mereka pikir saya ini penakut! Mereka pikir saya ini tidak berani!" kata Jokowi.
3. Pentingnya infrastruktur
Selain menjawab tudingan, Jokowi juga menjelaskan program pembangunan infrastruktur yang gencar pada pemerintahannya. Dia mengatakan infrastruktur adalah hal fundamental yang menjadi pondasi kemajuan bangsa.
"Semua memerlukan infrastruktur karena infrastruktur merupakan prasyarat negara ini untuk berkompetisi dan bersaing dengan negara lain," ujar Jokowi.
Baca juga: Jokowi: MRT adalah Keputusan Politik yang Saya Ambil dengan Segala Risiko...
Meskipun, kata Jokowi, keputusan membangun infrastruktur harus dijalani dengan berbagai risiko. Dia mencontohkan pembangunan mass rapit transit (MRT) yang dia putuskan ketika masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.
Jokowi mengatakan, proyek MRT sudah direncanakan di Pemprov DKI Jakarta selama 26 tahun, tetapi tak kunjung dieksekusi.
"Kenapa tidak segera diputuskan? Karena dari hitungan dan kalkulasi, terus dihitung, selalu hitungannya adalah rugi sehingga tidak berani diputuskan sampai 26 tahun," ujar Jokowi.
Baca juga: TKN Jokowi-Maruf: Lawan Semburan Dusta dengan Lelucon