JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramadhani mengatakan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebaiknya mendesain debat capres dan cawapres yang tak kaku, serta lebih substantif.
Menurut dia, debat capres-cawapres harus lebih mendalami penguasaan substansi terhadap berbagai isu.
“Tidak perlu terlalu saklek agar bisa digali lebih banyak gagasan pasangan calon terhadap isu, punya narasi sedalam apa, dan punya solusi sekuat apa,” kata Fadli saat ditemui Kompas.com, di Kantor Indonesia Corruption Watch, Kalibata Timur, Jakarta Selatan, Rabu (31/10/ 2018).
Ia mengatakan, debat merupakan bagian penting yang akan memengaruhi pemilih dalam pemilu.
Baca juga: Begini Rancangan Debat Capres-Cawapres yang Disusun KPU
“Pemilih bisa banyak mendengar, melihat, dan membaca interaksi serta program-program dari calon presiden dan wakil presiden,” kata Fadli.
“Makanya bahan-bahan itu harus disiapkan sedalam mungkin oleh KPU dan diberikan kesempatan kepada moderator untuk mendalami jawaban-jawaban, pandangan calon dan tidak berhenti di jawaban atas pertanyaan pertama, kedua,” ujar dia.
Ia juga berharap, moderator debat bisa mendalami apa yang disampaikan pasangan calon.
Saat ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mulai merancang debat kandidat capres cawapres Pemilu 2019.
Baca juga: Hasto Kristiyanto: Usulan Debat Capres-Cawapres 6 Jam Berlebihan
Selain itu, KPU juga sudah mulai mencari moderator dan panelis debat.
Rencananya, debat akan dilaksanakan sebanyak lima kali. Debat pertama akan digelar pada 2019.
Debat akan diselenggarakan antar capres, antar cawapres, dan antar pasangan calon.
Isu yang diangkat beragam seperti politik, ekomomi, lingkungan, dan lain-lain.