"Tapi tiang bendera ditandai dengan pita-pita oleh Oom Mutahar (Ajudan Presiden Husein Mutahar), supaya kami bisa pas mengerek bendera mengikuti lagu Indonesia Raya," ujar Megawati.
Megawati tidak dilatih sendirian. Mutahar melibatkan anggota pandu (Pramuka) sebagai pengibar bendera. Sebagian adalah mahasiswa, sebagian lainnya masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Atas (SMA).
Baca juga: Sejarah Merah Putih dari Simbol Bulan dan Matahari hingga Gula Kelapa
Beberapa nama Pasukan 17 yang masih diingat Megawati, antara lain Indrajit Soebarjo, Naniek Ariani, Asmeni Nasution dan Retno Hadiati. Sisanya, ia tidak ingat.
Berdasarkan penuturan Naniek, Bung Karno beberapa kali memantau jalannya latihan.
"Bung Karno duduk di tangga depan Istana Merdeka, mengenakan sarung dan peci. Tak jarang kami dimarahi Bung Karno bila kami mengulangi kesalahan yang sama," kenang Naniek.
Berpengalaman
Megawati sendiri tidak mengetahui mengapa Bung Karno memilihnya sebagai salah satu petugas pengibar bendera.
"Mungkin karena rambut saya yang paling panjang," kata Megawati.
Namun seingat dia, dua pemuda pandu yang mendampinginya dipilih menjadi petugas pengibar bendera karena memiliki postur tubuh tinggi.
"Yang satu bernama Aswin Madjid, sekarang menjadi dokter dan yang lain adalah Ismed. Mereka berdua sudah mahasiswa, waktu itu," ujar dia.
Baca juga: Istana Kepresidenan RI dan Selera Seni Soekarno
Bagi Megawati, mengibarkan sang saka merah putih pada upacara peringatan hari kemerdekaan RI merupakan puncak dari pengalamannya mengikuti kegiatan serupa di Istana.
Sejak kecil, Megawati selalu menyaksikan upacara peringatan proklamasi kemerdekaan di pelataran Istana.
"Ketika masih sangat kecil, kami biasanya melihat dari jendela kiri dan kanan Istana Merdeka. Pengawal membawa kursi untuk kami dan kami menonton upacara dari sana," kenang Megawati lagi.
Baca juga: Ingin Jadi Pemimpin Upacara, Enda Ungu Selalu Jadi Pengerek Bendera
Seiring beranjaknya usia, Bung Karno kemudian memberikan peran kecil untuk para anaknya. Salah satunya, peran menerima kunci peti Bendera Pusaka dari Bung Karno, kemudian mengeluarkannya untuk diserahkan kepada pasukan pengibar bendera pusaka.
"Ketika itu saya bergantian dengan Meutia, putri Bung Hatta," ujar Mega.
Tahun 1965, giliran adik Megawati, Rahmawati Soekarnoputri, yang mendapatkan tugas sebagai pengibar bendera oleh Bung Karno.
Baca juga: INFOGRAFIK: 6 Fakta Bendera Pusaka
Indrajit Soebarjo dan Naniek Ariani juga sekali lagi melaksanakan tugas sebagai mengiringi putri Bung Karno dalam upacara pengibaran bendera pusaka di Istana Merdeka.
Tugas mengibarkan bendera pusaka itu, menurut Megawati, telah memperkuat ikatan batinnya dengan bendera pusaka itu sendiri yang pernah disebut sang ayah sebagai 'bendera keramat.'
"Bendera pusaka telah ikut mengalami perjalanan bangsa ini sejak proklamasi kemerdekaan," ujar Megawati.