Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Merah Putih dari Simbol Bulan dan Matahari hingga Gula Kelapa

Kompas.com - 17/08/2018, 07:35 WIB
Abba Gabrillin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Membanggakan rasanya jika melihat Merah Putih memenuhi stadion atau tempat-tempat pertandingan olahraga. Kenyataannya, warna bendera pusaka itu mampu mengobarkan semangat bangsa Indonesia.

Bendera memang bukan cuma soal identitas bagi Bangsa Indonesia. Warna Merah Putih yang dipilih menjadi lambang negara tersebut punya filosofi dan nilai historis yang panjang. Bahkan jauh sebelum sang Proklamator mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Bondan Winarno dalam bukunya “Berkibarlah Benderaku-Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka”  menjelaskan bahwa bendera Merah Putih berkibar pertama kali sebagai bendera kebangsaan pada 28 Oktober 1928. Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi hal itu.

Baca juga: 73 Tahun yang Lalu, dari Pegangsaan Timur 56 untuk Indonesia Merdeka

Sekalipun kemerdekaan baru diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, kelahiran Bangsa Indonesia diyakini telah terjadi pada saat digelarnya Sumpah Pemuda tepat pada 28 Oktober 1928. Ketika itu, para pemuda menyatakan berbahasa satu, berbangsa satu, dan bertumpah darah satu, Indonesia.

Selain itu, dalam Sumpah Pemuda itu bangsa Indonesia sudah memiliki bendera Merah Putih. Bahkan, untuk pertama kalinya lagu kebangsaan “Indonesia Raya” ciptaan wartawan Wage Rudolf Supratman diperdengarkan.

Kepercayaan soal bulan dan matahari

Sebuah relief di kaki Candi Borobudur menunjukkan tata cara pengibaran dwi warna.Repro Buku Berkibarlah Benderaku-Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka Sebuah relief di kaki Candi Borobudur menunjukkan tata cara pengibaran dwi warna.
Kekayaan tradisi dan budaya Indonesia ternyata memiliki andil dalam menentukan sang Dwiwarna. Dalam bukunya, Bondan mengutip kajian yang dilakukan sejarawan Muhammad Yamin. Menurut kajian tersebut, cikal bakal Merah Putih sudah dimulai sejak 6.000 tahun sebelum proklamasi.

Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sejak enam millennium yang lalu telah melakukan pemujaan terhadap bulan dan matahari. Adapun, matahari melambangkan warna merah, sedangkan bulan melambangkan warna putih.

Sebenarnya tak sulit meyakini hal tersebut. Apalagi jika dibandingkan dengan bendera Jepang berupa bulatan merah di atas warna putih. Bendera Jepang sendiri mendapat julukan “Matahari Terbit”.

Baca juga: Kisah Tiga Pengibar Merah Putih Saat Proklamasi 17 Agustus 1945

Beberapa negara juga menggunakan warna dasar merah dan putih dalam bendera kebangsaannya. Sebut saja, Swiss, Polandia, Singapura, dan Austria. Hal ini setidaknya membuktikan bahwa pemujaan matahari dan rembulan yang kemudian diasosiasikan dengan warna merah dan putih telah menjadi sebuah teori universal.

Salah satu bukti yang mendukung kajian Yamin adalah hadirnya ukiran pada dinding Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9. Ukiran tersebut menggambarkan tiga orang hulubalang yang membawa umbul-umbul berwarna gelap dan terang. Keterangan pada ukiran itu menyebutnya sebagai pataka atau bendera.

Tak cuma itu, catatan lain di sekitar Borobudur juga sering menyebut bunga tanjung mabang (merah) dan tunjung maputeh (putih). Yamin dengan rajin mengumpulkan bukti sejarah yang mengaitkan pemujaan terhadap lambang merah dan putih di setiap celah budaya Nusantara.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com