Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Kegelisahan Menteri Susi setelah Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan

Kompas.com - 14/06/2018, 06:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apa yang dilakukan Norwegia tahun 1980 dan dampaknya hingga saat ini menambah keyakinan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tentang pengelolaan sumber daya laut  yang salah satu implementasinya adalah penenggelaman kapal asing pencuri ikan ada di jalan yang benar. 

Meskipun makin teguh keyakinannya, kegelisahan Menteri Susi tidak lantas hilang.

Mendapat apresiasi tinggi di forum internasional seperti di FAO dan dipuji di banyak negara, Menteri Susi merasa berjuang sendiri tanpa dukungan memadai di dalam negeri. Kegelisahan berakar di sini.

Baca juga: Ditentang di Indonesia, Menteri Susi Dipuji Dunia karena Melawan Illegal Fishing

Norwegia adalah negara kedua yang didatangi Menteri Susi dan anggota delegasi setelah sebelumnya hadir di Markas FAO (Food and Agriculture Organization) di Roma, Italia. Kunjungan kerja Menteri Susi dan anggota delegasi dilakukan 4-9 Juni 2018.

Hari internasional pertama

Di Markas FAO di Roma, Selasa (5/6/2018), Menteri Susi hadir untuk pencanangan hari internasional perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal, tak terlaporkan dan liar (Illegal, Unreported and Unregulated Fishing/IUUF).

Hari internasional ini akan diperingati dunia setiap 5 Juni. Peringatan diawali di Markas FAO saat Menteri Susi menjadi salah satu pembicara kunci berdampingan dengan Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva. 

Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva menyalami Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di sela-sela pencanangan Hari Internasional Perlawanan terhadap Penangkapan Ikan Ilegal, Tak Terlaporkan dan Liar di Markas FAO, Roma, Italia, Selasa (5/6/2018)Kompas/Wisnu Nugroho Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva menyalami Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di sela-sela pencanangan Hari Internasional Perlawanan terhadap Penangkapan Ikan Ilegal, Tak Terlaporkan dan Liar di Markas FAO, Roma, Italia, Selasa (5/6/2018)

Sebelum Hari Internasional IUUF itu, Menteri Susi didampingi Sekjen KKP Nilanto Perbowo, Kepala BRSDMKP Prof Syarif Wijaya dan Koordinator Staf Khusus Satgas 115 Mas Achmad Santosa bertemu Komisioner Uni Eropa untuk Urusan Kelautan dan Perikanan Karmenu Vella.

Vella bersepakat dengan Menteri Susi untuk banyak hal utamanya pengelolaan sumber daya laut.

Di forum FAO, Vella menyebut perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal, tak terlaporkan dan liar (IUUF) sebagai kewajiban moral yang sifatnya imperatif alias keharusan bagi negara-negara yang memiliki wilayah laut seperti Indonesia.

Menteri Susi mendapat pujian atas kebijakan dan konsistensi pelaksanaan kebijakan itu di forum FAO yang digelar di Sheikh Zayed Center.

Dari Roma, Menteri Susi dan anggota delegasi bergerak ke Norwegia. Sejumlah kegiatan dilakukan di Olso dan Bergen, dua kota terbesar di Norwegia.

Ekspor Salmon

Di Oslo, dalam jamuan makan malam yang hangat, Menteri Susi bertemu dengan Menteri Perikanan Norwegia Per Sandberg.

Sejumlah hal dibicarakan termasuk klarifikasi beberapa isu sensitif kedua negara seperti ekspor salmon Norwegia ke Indonesia dan ekspor minyak sawit Indonesia ke Eropa.

Dalam pertemuan ini, Duta Besar RI untuk Norwegia Todung Mulya Lubis ikut bergabung dalam rombongan delegasi Indonesia. 

Rancangan Kerja Sama Kelautan dan Perikanan Indonesia-Norwegia, Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE CEPA), Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Nusa Dua, Bali dan potensi kerja sama lain jadi bahan pembicaraan.

Norwegia akan hadir dalam OOC 2018 di mana Indonesia menjadi tuan rumah. Tahun berikutnya, OOC 2019 yang akan digelar di Oslo, Norwegia akan jadi tuan rumah.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bertemu degan Menteri Perikanan Norwegia Per Sandberg di acara jamuan makan malam di Oslo, Norwegia, Rabu (6/6/2018). Dalam pertemuan itu dibahas mengenai sejumlah isu salah satunya salmon dan minyak sawit.Kompas.com/Wisnu Nugroho Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bertemu degan Menteri Perikanan Norwegia Per Sandberg di acara jamuan makan malam di Oslo, Norwegia, Rabu (6/6/2018). Dalam pertemuan itu dibahas mengenai sejumlah isu salah satunya salmon dan minyak sawit.

Sejumlah pertemuan Menteri Susi bersama delegasi dengan pejabat Norwegia digelar di Oslo. Pertemuan berlangsung tertutup. 

Di sela-sela pertemuan itu, Menteri Susi diundang memberi kuliah umum di Norwegian Institute for Foreign Affairs (NUPI), Kamis (7/6/2018).

Selama sekitar satu jam, Menteri Susi memaparkan apa yang dilakukan Indonesia terkait kelautan dan perikanan dalam tiga tahun terakhir sesuai harapan yang disampaikan Presiden Joko Widodo.

Kegiatan Menteri Susi di Oslo diakhiri dengan temu warga Indonesia dan buka puasa bersama di rumah dinas Duta Besar RI untuk Norwegia yang terletak di ketinggian di tepi laut tempat banyak kapal berlabuh.

Berbagi kegelisahan

Di hadapan puluhan warga Indonesia yang ada di Norwegia, dimoderatori Todung Mulya Lubis, Menteri Susi berbagi cerita dan kegelisahan terkait tugas dan tanggung jawabnya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Sebagai pembantu Presiden, Menteri Susi mendasarkan kerjanya pada arahan dan kebijakan Presiden Joko Widodo. Presiden hendak menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan menjadikan laut sebagai masa depan bangsa.

Keinginan dan harapan besar Presiden Joko Widodo itu disampaikan saat pidato di hari pelantikannya, 20 Oktober 2014.

Foto Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat paddling di dekat kapal Silver Sea 2 yang ditangkap akibat illegal fishing.Instagram @susipudjiastuti115 Foto Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat paddling di dekat kapal Silver Sea 2 yang ditangkap akibat illegal fishing.
Keinginan Presiden Joko Widodo menjadikan laut sebagai masa depan bangsa ini berdasar karena 2/3 wilayah Indonesia atau sekitar 5,8 juta kilometer persegi adalah lautan.

Garis pantai Indonesia merupakan yang terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (202.080 kilometer). Panjang garis pantai kita  95.181 kilometer. Sumber daya laut Indonesia sangat kaya karenanya. 

"Laut kita sangat subur. Tapi karena pencurian ikan dua dekade terakhir, kita tidak menikmati kekayaannya. Laut kita rusak ekosistemnya dan biodiversity kita terancam," ujar Menteri Susi mengawali cerita dan kegelisahannya di depan warga Indonesia di Norwegia.

Menteri Susi menyebut, oknum pejabat dan penegak hukum terlibat dalam kejahatan yang marak sejak tahun 2001 saat konsesi diberikan kepada kapal asing. Banyak kapal asing beroperasi di laut Indonesia menggunakan bendera Indonesia.

Tidak hanya itu, ijin yang diberikan dan saat ini dihentikan, digandakan. Satu ijin kapal bisa digandakan menjadi lima bahkan sepuluh.

Untuk mengelabui aparat, kapal dengan ijin yang digandakan itu dibuat persis seperti kapal berijin resmi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com