Keuntungan penerbangan komersil tersebut digunakan untuk biaya pendidikan kadet di India dan membantu perwakilan RI di Karachi dan Burma.
Dilansir dalam situs web Garuda Indonesia, pada tahun yang sama, tepatnya 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lainnya terdaftar sebagai PK-DPD dan dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”.
Psawat ini terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno.
Penerbangan ini merupakan penerbangan pertama ketika menggunakan nama Garuda Indonesian Airways.
Nama Garuda diambil Soekarno dari sajak berbahasa Belanda karya penyair Noto Soeroto.
”Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen” (Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda).
Pada 1950, Garuda Indonesia resmi menjadi perusahaan milik negara.
Selama periode itu, perusahaan mengoperasikan armada 38 pesawat yang terdiri dari 22 kapal terbang DC-3, 8 Catalina, dan 8 Convair 240.
Setelah itu, Garuda Indonesia bertranformasi dan mengembangkan rute penerbangannya ke beberapa negara di Eropa dan berbagai belahan dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.