Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu, Sekolah Pertama Bagi Anak-anaknya...

Kompas.com - 15/05/2018, 14:50 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Bidang Advokasi Pengurus Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama Wahidah Suaib merasa miris atas keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme. Padahal, perempuan yang sejatinya memiliki kasih sayang kuat berperan sebagai juru damai.

"Tapi kemudian, beberapa kali perempuan sudah jadi target brainwash untuk bagian pendukung terorisme. Ini patut disayangkan," kata Wahidah saat ditemui di kantor Bawaslu, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Baca juga: Menalar Peran Teroris Perempuan di Balik Bom Bunuh Diri Surabaya

Seperti diketahui, 2 orang perempuan terlibat dalam aksi pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo. Perempuan-perempuan tersebut merupakan seorang istri dan ibu

Ibu, kata dia, adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibu menjadi alat deteksi dini untuk mencegah keluarga sekaligus anaknya dari hal-hal intoleran yang berujung pada radikalisme dan terorisme.

"Sejatinya peran itu ada di perempuan. Tapi kali ini ibu, orang tua ini menjadi pelaku terorisme. Ini patut jadi perhatian kita bersama, bagaimana dengan nasib anak-anaknya," kata dia.

Baca juga: Seorang Perempuan Diamankan Densus 88 di Sukabumi

Oleh karena itu, keluarga harus menjadi benteng pertama merawat nilai keislaman yang moderat dan menjaga keberagaman.

Perempuan, kata Wahidah, perlu mendapatkan pelatihan dan penyadaran bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam membangun mentalitas dan spiritualitas yang kuat dalam melawan radikalisme dan terorisme.

"Untuk menangkal terorisme, membekali perempuan dengan nilai Islam yang toleran, memberikan pendidikan kebangsaan yang kuat kepada para perempuan karena ini mereka menjadi penopang untuk generasi penerusnya," kata dia.

Baca juga: Dua Napi Teroris Perempuan dan Bayinya Ikut Dipindah ke Nusakambangan

Ia mencontohkan, Fatayat NU memiliki pendakwah perempuan yang anti radikalisme dan terorisme. Mereka bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme untuk melawan segala bibit radikalisme dan terorisme.

 

Berkomitmen Jaga NKRI

Ketua Dewan Pembina Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Iskandar Siregar menegaskan, segala bentuk aksi terorisme tidak sesuai dengan norma keagamaan, norma hukum dan kemanusiaan secara universal.

"Kita mengutuk dan mengecam keras segala bentuk radikalisme, ekstremisme, terorisme dalam segala bentuk manifestasinya," kata Iskandar.

Baca juga: Tokoh Lintas Agama dan Profesi Kutuk Keras Tindakan Terorisme

Iskandar menekankan, ormas Islam harus berkomitmen menjaga NKRI dari rongrongan segala pihak yang mencoba mengganggu keutuhan negara.

"Karena kita sudah berkomitmen negara kita adalah Pancasila dan UUD 1945. NKRI harga mati. Kami mengimbau semua pihak bersatu membantu pemerintah memberantas radikalisme dan terorisme ini," kata dia.

Ia menjelaskan, dalam melawan terorisme dan radikalisme, perlu sejumlah program pendidikan keagamaan yang menjangkau seluruh tingkatan usia.

Baca juga: Kutuk Bom Surabaya, MUI Nilai Pelaku Teror Tak Beragama

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com