Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Terlilit Bom dan Meledakkan Diri, Pelaku atau Korban?

Kompas.com - 15/05/2018, 10:10 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Serangkaian peristiwa bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu, menguak fakta yang mencengangkan publik. Pelaku melibatkan anak kandungnya sendiri dalam aksi terkutuk tersebut.

Minggu (11/5/2018) pukul 06.30 WIB, kakak beradik berinisial YF dan FH meledakkan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya, Kota Surabaya. Aksi itu menelan lima korban tewas, termasuk kedua kakak beradik tersebut.

Pukul 07.15 WIB hari yang sama, giliran sang ibu bernama Puji Kuswati membawa dua putrinya FS dan FR diantar sang ayah Dita Oepriarto meledakkan diri di depan Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro.

Bom jenis pipa diletakkan di sabuk yang dikalungkan di kedua putrinya. Aksi itu menewaskan ketiganya.

Baca juga: Pelaku Bom Mapolrestabes Surabaya Sempat Mampir Jemput Anak di Rumah Ibu

Pukul 07.53 WIB, usai mengantar sang istri meledakkan diri, giliran sang kepala keluarga, Dita Oepriarto, yang merupakan pimpinan kelompok Jamaah Anshar Daulah (JAD) Surabaya, meledakkan dirinya di Gereja Pantekosta, Jalan Arjuno. Aksi itu menelan lima korban, termasuk Dita.

Tidak berhenti di situ, Senin (12/5/2018) pukul 08.50 WIB, Tri Murtiono dan Tri Ernawati membawa kedua anaknya Ais dan MDS meledakkan diri di Pos Jaga Markas Polrestabes Surabaya.

Aksi itu menewaskan ayah, ibu dan seorang putranya. Sementara, sang putri berinisial Ais selamat meski harus dirawat intensif di UGD RS Bhayangkara.

Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian menyebut, fenomena ini merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia.

Baca juga: 5 Korban Bom Surabaya Teridentifikasi, Salah Satunya Anak 15 Tahun

Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Reza Indragiri Amriel mengatakan, ada banyak penjelasan mengenai penyebab anak berada di pusaran peristiwa teror.

"Tapi dari perspektif psikologi, kata kuncinya adalah suggestibility, kerentanan individu dalam menerima sugesti," ujar Reza kepada Kompas.com, Selasa (15/5/2018).

Sugesti yang dimaksud, mulai dari berbentuk bujuk rayu, iming-iming, pujian hingga paksaan, ancaman dan intimidasi.

Anak, lanjut Reza, adalah salah satu dari tiga kelompok individu yang pada umumnya memiliki sugesti tinggi.

Artinya, orangtua dengan ideologi, nilai dan pemahaman yang dimiliki, sangat mudah 'membentuk' anak sesuai seperti yang mereka inginkan atau yang mereka anggap sebagai suatu kebenaran.

Baca juga: Mendikbud: Semua Anak dalam Ledakan Bom Surabaya adalah Korban

"Kondisi psikologis itu pastinya akan bisa dimanfaatkan sempurna oleh pihak-pihak yang menguasai diri anak, tidak lain adalah orangtua anak-anak itu sendiri," lanjut dia.

Dari perspektif psikologis ini, maka pertanyaan mengapa anak berada di pusaran aksi teror terjawab.

Orangtua menjadi 'auktor intelektualis' perubahan perangai sang anak yang semestinya penuh kepolosan, kegembiraan dan bebas dari busuk hati, menjadi sosok yang sedemikian menakutkan bagi publik.

Lebih lanjut soal anak menjadi korban terorisme...

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Nasional
Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Nasional
Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Nasional
Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com