Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok yang Lakukan Persekusi Dianggap sebagai Benalu Demokrasi

Kompas.com - 23/03/2018, 01:03 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum SETARA Institute Bonar Tigor Naipospos maraknya persekusi yang dilakukan sejumlah pihak menunjukkan negara masih memberikan ruang bagi mereka untuk melakukan tindakan kekerasan atas nama identitas mayoritas dan demokrasi.

"Kekerasan itu yang harus dikurangi, celakanya muncul kelompok kemudian melakukan kekerasan. Dan sampai sekarang dibiarkan, dan itu kan benalu demokrasi. Mereka bisa hidup karena demokrasi memberi ruang bagi kelompok semacam itu," ujar Bonar dalam sebuah diskusi di Kantor YLBHI, Jakarta, Kamis (22/3/2018).

Tak jarang kelompok yang melakukan persekusi memanfaatkan ruang demokrasi, lalu merusak nilai-nilai demokrasi tersebut dari dalam.

Baca juga : Pasal Penodaan Agama di RKUHP Dinilai Bisa Memicu Kasus Persekusi

Menurutnya, persekusi terhadap individu atau kelompok penganut agama atau keyakinan minoritas disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum yang berimbang. Pemerintah juga dinilai cenderung melakukan simplifikasi persoalan.

"Bagi negara yang penting gangguan keamanan bisa direduksi, asal tidak memunculkan keributan, bisa menekan protes klaim dari mereka yang mengakh mayoritas, pihak yang lemah dikorbankan saja. Itu selalu logika yang dibangun negara," kata dia.

Bonar menegaskan, persoalan yang melibatkan unsur keagamaan tak bisa dilihat dari satu perspektif agama tertentu. Sebab prinsip setiap keagamaan berbeda dan tidak bisa dipaksakan ke umat beragama lainnya.

Baca juga : Dalam Sepekan, Koalisi Masyarakat Sipil Mencatat 66 Kasus Persekusi

"Setiap agama kan memiliki code, script text dan credo atau sumpah, tidak bisa memaksakan. Kita harus menyadari ketika di ruang publik, ketika berinteraksi dengan yang lain, kita harus mampu menerima kehadiran yang berbeda keyakinan," kata Bonar

Di sisi lain, ia berharap ada kesepakatan bagi seluruh pihak untuk menggunakan prinsip hak asasi manusia dan konstitusi dibandingkan jalur kekerasan seperti persekusi.

"Kebanyakan dalam persoalan agama, orang lebih banyak menggunakan preferensi keagamaannya. Preferensinya harusnya konstitusi dan HAM," ujarnya.

Kompas TV Stop PersekusI - Berkas Kompas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com