Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mekeng Anggap Nazaruddin Berhalusinasi Sampai Lihat Hantu Mustokoweni

Kompas.com - 19/02/2018, 16:19 WIB
Abba Gabrillin,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dan mantan Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Markus Mekeng bersaksi dalam sidang kasus korupsi pengadaan KTP elektronik di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (19/2/2018).

Sejak awal persidangan, keduanya terlibat saling bantah. Nazaruddin menyebut Mekeng salah satu pihak yang terlibat dalam korupsi pengadaan e-KTP. Sementara, Mekeng menuduh Nazaruddin memberikan keterangan tidak sesuai fakta.

"Itu halusinasi Nazaruddin. Buat apa saya tanggapi halusinasi," kata Mekeng.

Menjelang akhir persidangan, pengacara terdakwa mantan Ketua DPR Setya Novanto menanyakan kepada Mekeng seputar keterangan Nazaruddin dalam berita acara pemeriksaan (BAP).

Dalam BAP itu, Nazaruddin menyebut bahwa pernah terjadi pertemuan pada Juni 2010.

(Baca juga: Menurut Nazaruddin, Catatan Pembagian Uang Korupsi E-KTP Dibahas di Ruangan Ketua Fraksi Demokrat)

Nazaruddin menyebut bahwa Mekeng selaku ketua Badan Anggaran DPR melaporkan kepada Anas Urbaningrum selaku Ketua Fraksi Partai Demokrat, perihal telah disetujuinya anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun.

Pada pertemuan itu dihadiri dua anggota Komisi II DPR, yakni Ignatius Mulyono dan Mustokoweni yang juga merangkap koordinator Banggar di Komisi II DPR.

Mekeng kemudian membantah keterangan dalam BAP Nazaruddin itu.

"Saya bukan anak buah Anas. Saya Fraksi Golkar," kata Mekeng.

Kemudian, Mekeng berupaya meyakinkan hakim bahwa pernyataan Nazaruddin dalam BAP itu tidak benar dan tidak sesuai fakta. Menurut Mekeng, Nazaruddin mengatakan pertemuan itu pada Juni 2010.

Padahal, menurut Mekeng, pada saat itu Mustokoweni telah meninggal dunia, sehingga tidak mungkin mengikuti pertemuan. Kemudian, dia baru menjabat sebagai ketua Banggar pada Juli 2010.

"Pada saat itu Mustokoweni sudah meninggal. Mana mungkin ada Mustokoweni. Kalau ada, mungkin hantunya," kata Mekeng.

Meski demikian, Nazaruddin menyatakan tetap pada keterangannya. Meski tidak dapat memastikan waktunya, Nazaruddin menyebut pertemuan yang dihadiri Mustokoweni itu terjadi antara rentang waktu 2009-2010.

Kompas TV Melchias Marcus Mekeng sebagai pimpinan badan anggaran DPR saat pengadaan proyek KTP elektronik diduga menerima aliran dana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com