Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membelah Heningnya Desa di Lereng Gunung Agung yang Ditinggal Warganya Mengungsi

Kompas.com - 12/12/2017, 19:53 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

KARANGASEM, KOMPAS.com - Sejumlah desa di Kabupaten Karangasem, Bali, sudah mulai sepi ditinggalkan warganya.

Mereka mengungsi ke tempat lebih aman akibat erupsi Gunung Agung. Belakangan, status siaga dinaikkan menjadi awas karena situasinya tak bisa diprediksi.

Polres Karangasem melakukan patroli rutin pada pagi dan malam hari di desa-desa yang ditinggalkan.

Wakil Kapolres Karangasem Kompol Agung Gde Mudita memimpin apel pasukan patroli malam.

"Silakan, sasaran utama rekan-rekan menuju rumah tinggal yang ditinggalkan penduduk untuk mengungsi," ujar Agung saat memimpil apel persiapan patroli, Senin (11/12/2017) malam.

(Baca juga : Erupsi Gunung Agung, Okupansi Hotel Sentuh Angka 15 Persen)

 

Tujuan patroli yakni menjamin keamanan rumah warga yang ditinggalkan. Selain itu, polisi juga menyisir desa untuk memastikan apakah masih ada warga yang menetap di rumahnya.

Jika masih ada, Agung meminta anggotanya agar melakukan pendekatan. Masyarakat harus diimbau agar segera meninggalkan rumahnya untuk mengungsi.

Salah satu lokasi yang disambangi adalah Dusun Umanyar, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali.

Daerah tersebut berada di kawasan rawan bencana 3, yang letaknya sekitar tiga sampai lima kilometer dari kawah Gunung Agung.

Baca juga : Gunung Agung, BNPB Siapkan Pusat Pendistribusian Logisitik Pendamping)

Wisatawan di Pura Besakih yang berlatar belakang Gunung Agung meletus di Karangasem, Bali, Selasa (28/11/2017).ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA Wisatawan di Pura Besakih yang berlatar belakang Gunung Agung meletus di Karangasem, Bali, Selasa (28/11/2017).

Perjalanan dimulai sekitar pukul 20.30 WITA.

Desa Ababi termasuk wilayah pegunungan, sehingga untuk mencapainya harus melewati jalan berbelok-belok dengan pemandangan pepohonan di kiri dan kanan jalan.

Rumah-rumah di sana letaknya tidak bersisian, ada jarak antara satu rumah dengan rumah lain.

Tak ada aktivitas apapun di luar rumah, kecuali saat di pintu masuk desa. Di sana, terlihat beberapa warga berjaga.

Karena mulai ditinggalkan warga, lampu di beberapa rumah dipadamkan.

Di tepi jalan dan di depan rumah warga kerap ditemui anjing. Entah anjing liar atau hewan peliharaan sang pemilik rumah. Suasana begitu sepi.

Meski begitu, ada juga beberapa warga yang belum mengungsi. Agung mengatakan, warga yang belum mengungsi beralasan bahwa kondisi Gunung Agung masih cukup aman.

"Memang betul ada beberapa masyarakat yang masih bertahan di wilayahnya itu. Terutama orang yang hidup di tahun 1963, karena Gunung Agung terakhir meletus tahun 1963," kata Agung.

(Baca juga : Gunung Agung Kembali Semburkan Abu Vulkanik Sejauh 12 Kilometer)

Sejumlah warga yang enggan mengungsi dan masih bertahan di rumahnya.KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Sejumlah warga yang enggan mengungsi dan masih bertahan di rumahnya.

Meski terus mendapat penolakan, namun polisi terus mengimbau agar warga bisa segera mengungsi.

Salah satu warga yang masih menetap di rumahnya yaitu Gede Suwanda. Ia mengatakan, dirinya sempat tinggal di pengungsian, namun tidak betah. Selain itu, ia memperkirakan rumahnya masih cukup aman untuk ditinggali.

"Suasana di Gunung Agung masih seperti ini aja dari dulu. Itulah penyebabnya kami di rumah," kata Gede.

Kasat Sabhara Polres Karangasem AKP I Nengah Sukerna menyampaikan bahwa rumah Gede berada di kawasan paling rawan.

Ia khawatir jika sewaktu-waktu Gunung Agung kembali erupsi atau malah meletus. Namun, Gede bersikeras dengan pendiriannya.

"Saya selaku masyarakat berterimakasih pak. Tapi kami kan punya analisa dan logika tersendiri sehingga kami kembali ke rumah," kata Gede.

Tim patroli kemudian bertolak ke tempat lain, masih di desa yang sama. Tim berhenti di sebuah rumah yang bersisian dengan pura kecil. Sekitar sepuluh pria masih tinggal di sana.

Salah satu warga bernama I Gusti Gede Asta mengaku masih bertahan untuk menjaga pura dan patung.

Gusti dan beberapa pria lainnya sudah memiliki kartu pengungsi. Namun, saat ini, ia meyakini bahwa menjaga pura lebih penting daripada berada di tempat pengungsian.

(Baca juga : Tindakan Pertama yang Harus Dilakukan Warga jika Gunung Agung Erupsi)

Kasat Sabhara Polres Karangasem AKP I Nengah Sukerna saat mengecek rumah warga yang ditinggalkan penghuninya ke pengungsian, Senin (11/12/2017) malam.KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Kasat Sabhara Polres Karangasem AKP I Nengah Sukerna saat mengecek rumah warga yang ditinggalkan penghuninya ke pengungsian, Senin (11/12/2017) malam.

Jika sewaktu-waktu aktivitas Gunung Agung meningkat, ia memastikan akan segera ke tempat pengungsian.

"Apabila terjadi sesuatu mungkin kami akan lari ke tempat pengungsian," kata Gusti.

Namun, Nengah memberi gambaran bahwa kecepatan awan panas yang membawa abu vulkanik sangat tinggi. Kecepatannya sekitar 300-400 kilometer perjam.

Kalaupun segera pergi untuk menyelamatkan diri dengan sepeda motor atau kendaraan lainnya, tidak akan terkejar untuk mencapai tempat pengungsian.

"Sejauh mana bapak lari bawa motor, bawa kendaraan, masih kalah dengan kecepatan awan. Kami tetap berupaya dan imbau demi keselamatan bapak, memang mengungsi," kata Nengah.

Namun, bujukan Nengah tak berhasil. Warga tersebut tetap tinggal menjaga pura dan rumah mereka.

Patroli selesai sekitar pukul 23.00 WITA. Tim memastikan bahwa kondisi desa yang ditinggalkan masih aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com