JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, meningkatnya status Gunung Agung menjadi "Awas" sejak 22 September mulai mengganggu pariwisata Bali.
Akibatnya, hal itu juga mengganggu perekonomian Bali. Banyaknya berita negatif atau hoaks yang beredar menyebabkan banyak warga dan wisatawan semakin takut datang ke Bali.
Padahal, kata Sutopo, zona berbahaya yang ditetapkan Pusat Vulkanologibdan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah radius 12 Km dari puncak Gunung Agung. Di luar itu masih aman, dan jika terjadi erupsi hanya terpapar abu.
Oleh karena itu, ia menilai jika Gunung Agung erupsi, justru menjadi peluang bagi sektor pariwisata.
"Justru menjadi kesempatan baru untuk menarik turis lokal maupun mancanegara melakukan Lava Tour Gunung Agung atau menikmati pesta kembang api alam dengan memotret keindahan erupsi Gunung Agung dari titik aman yang telah ditentukan," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (26/10/2017).
(Baca: Pergeseran Sumber Gempa Gunung Agung Saat Ini Mirip Pola Tahun 1963)
Ia mengatakan ada dua sudut pengambilan gambar yang menarik, pertama dari laut. Radius 25 km dari Gunung Agung termasuk zona aman dari sisi laut.
Kedua dari sisi timur ke utara, keuntungan posisinya adalah melihat lontaran batu pijar dari kawah Gunung Agung dan pada waktu yang tepat akan menghasilkan foto yang menakjubkan.
Sedangkan dari sisi utara ke timur pada radius 35 km zona aman dapat melihat keindahan Gunung Batur dengan background erupsi Gunung Agung dan akan menghasilkan foto siluet panorama Gunung Batur.
"Tentunya selalu update rekomendasi dari PVMBG dan BMKG saat melakukan pengambilan gambar. Tetap harus diingat bahwa jarak aman sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan rekomendasi PVMBG," lanjut dia.