Ia bertanya kenapa kita sudah bisa makan sejak dulu tanpa label halal, kini kita menuntutnya. Pun soal tuntutan MUI agar tidak ada peringatan Saint Valentin, karena dianggap hari besar Nasrani.
Sembari tertawa kecil, Gus Dur bertanya kepada para peserta seminar, ”Adakah di sini pastor yang merayakan hari Saint Valentin?"
(Baca: Cerita Fidel Castro yang 'Ngakak' Dengar Lelucon Gus Dur)
Sekali lagi ceramah Gus Dur itu memancing tertawa. Hari Saint Valentin dalam masyarakat tertentu dianggap sebagai hari cinta yang biasanya dirayakan oleh lelaki (suami atau pacar) dengan memberi bunga kepada yang dicintainya.
Hari itu sebenarnya tidak ada kaitannya dengan hari raya agama, tetapi unsur komersialnya lebih menonjol.
Dalam pemikirannya, Gus Dur selalu cenderung pada Islam yang lebih menekankan dimensi spiritual dan substansial dari pada dimensi formal dan ritual. Dia ziarah di kuburan orang tuanya atau para wali, tetapi dia tidak suka memaksakan pemahaman dan ritual tertentu kepada orang lain.
Dalam pengertian itu, dia dianggap mirip seperti Kiai Wahab Hasbullah yang selalu mengacu pada jalan keluar melalui fiqh di bawah prinsip, "mengapa mengambil fiqh yang berat kalau ada hukum fiqh yang ringan".
(Baca: Saat Gus Dur Jadi "Gelandangan" di Ibu Kota)
Gus Dur bahkan lebih jauh lagi, menekankan pada isi, dan kedalaman spirit, ketimbang penampilan yang bersifat kulit dan formal yang bisa menyembunyikan perbuatan yang tidak bermoral.
Semangat pemahaman Gus Dur yang seperti itu bukan hanya mengesankan tetapi menemukan titik temunya dengan pandangan para pastor di Malang itu.
Kemudian terlontar pertanyaan kepada Gus Dur dalam seminar tersebut, "Bagaimana kita bisa kembali kepada hari-hari persaudaraan, bebas dari manipulasi, bebas dari saling curiga?"
Gus Dur pun menjawab, "Silahkan diorganisir pertemuan antara para pastor dengan para ulama lokal. Acara itu pun ditutup dengan doa dan para pastor mendoakan Gus Dur secara khusus".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.