Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Gus Dur, Gus Mus Jadi Penyair...

Kompas.com - 07/09/2017, 09:25 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa sangka ternyata kepiawaian Mustofa Bisri dalam merangkai kata-kata menjadi puisi dan melantunkannya dengan indah datang karena terpaksa.

Permintaan Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang membuat Gus Mus sapaan akrabnya terpaksa dan tak enak hati menolaknya.

"Saya diminta Gus Dur untuk membaca puisi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Padahal saya hanya orang desa dan santri sarungan yang tak mengerti sastra dan puisi kok diminta tampil di Ibu Kota," kata Gus Mus dikutip dari buku "Gus Dur Dalam Obrolan Gus Mus" karya Husein Muhammad (2015).

Saat itu, Gus Dur menjabat ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang akan menyelenggarakan acara Malam Solidaritas untuk Palestina.

Mustofa BisriKOMPAS.com/SABRINA ASRIL Mustofa Bisri
Acara itu diisi pembacaan puisi-puisi karya penyair mashur Palestina. Banyak penyair, sastrawan dan cendekiawan Indonesia kondang nan terkemuka yang ikut ambil bagian dalam acara itu seperti Taufik Ismail, Subagyo Sastrowardoyo, WS Rendra, Zamawi Imroan.

Sayangnya, dari sekian banyak tokoh itu, tak ada satupun yang mampu membaca puisi dalam bahasa Arab.

(baca: Di Balik Misteri Tidur Gus Dur)

Gus Dur akhirnya mengajak Gus Mus ikut unjuk gigi.

"Gus Dur menelepon dan meminta saya membaca puisi dalam bahasa Arab di arena bergengsi itu. Eh, saya malah bingung lagi. Apa yang akan saya bacakan?" kata Gus Mus.

Usai membongkar lemari kitab dan buku, ia menemukan sebuah puisi yang pas.

Gus Mus malah pusing kepalang ketika itu. Ia bingung bagaimana cara membacanya, bagaimana gayanya, aktingya seperti apa, dan tangannya harus bagaimana?

Akhirnya malam itu tiba. Gus Mus bersyukur karena gilirannya yang terakhir. Namun, tiba-tiba puisi dengan bahasa Arab-lah yang harus tampil pertama.

(baca: Cerita Megawati Saat Berantem dengan Gus Dur...)

Grogi, gugup dan cemas menyelimuti dirinya. Usut punya usut, ternyata, Gus Mus sempat menyontek cara penyair kondang Subagyo Sastrowardoyo membaca puisinya.

"Nah kok ya, tibane (ternyata) biasa-biasa saja, seperti membaca tulisan biasa, datar-datar saja, tak belagu dengan intonasi naik-turun," aku pria jebola Universitas Al-Azhar, Mesir itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com