Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Peradaban "Copy and Paste"

Kompas.com - 23/08/2017, 20:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Epik lain, perilaku mengutip dan membagi juga terjadi di ruang akademik. Meski melakukannya dengan persyaratan yang tepat seperti membubuhkan referensi dan catatan kaki.

Tapi prosesnya tidak banyak berubah dan referensi tersebut tidak terjadi pengayaan dari waktu ke waktu. Hal ini bisa terlihat dari referensi yang sama digunakan dalam skripsi atau penelitian pranata awal masih yang itu-itu saja.

Beranak pinak, turun temurun. Meski legal secara administratif, namun tumpul secara gagasan.

Dari itu semua, kita bisa menemukan bahwa budaya copy paste ternyata tidak hanya terjadi di ruang-ruang kuliah, namun telah menjadi intisari negatif yang justru kini merebak terjadi di ruang publik. Diproduksi serta disebarluaskan dalam sistem viral dan sharing berbekal jejaring obrolan media sosial.

Dus, ampuhnya hingga masuk ke ruang-ruang kecil personal. Tragisnya yang dibagi bukanlah narasi cerdas, gagasan besar atau nilai baik. Berputar-putar pesan buruk tersebut di berbagai lini medsos seperti WhatsApp Group (WAG), Facebook dan lain sebagainya hingga pada akhirnya membuat penghuninya muntah (left) dan marah (spamming).

Siapa yang diuntungkan dengan kondisi seperti ini? Orang yang memiliki literasi yang baik namun bermotif jahat. Mereka yang serius membuat propaganda dan hoax, menginginkan kita berkonflik secara permanen.

Maklumat untuk para pegiat pesan

Bercermin pada kondisi di atas, tulisan ini secara khusus ingin mengamanatkan dan mengajak para pegiat pesan untuk meningkatkan narasi bangsa. Siapa pegiat pesan itu? Para akademisi dan praktisi Public Relations (PR), advertising dan jurnalistik.

Karena merekalah yang sehari-hari berkecimpung dengan pesan dan segala formulanya, berkontestasi di persepsi publik dan mempersuasi mereka.

Bukan hanya melawan segala bentuk hoaks, tapi juga berikhtiar membangun early warning system yang permanen dan teruji dengan meningkatkan selera literasi bangsa.

Rob Key, President dan sekaligus seorang Chief Executive Organization (CEO) di Converseon memperingatkan kita seputar taktik negatif dalam PR.

Dirinya mengatakan serangan-serangan sekitar reputasi biasanya dicirikan oleh sekelompok Individu atau organisasi yang menerbitkan fakta yang merusak atau fiktif berkenaan suatu organisasi yang kemudian didistribusikan secara global melalui media sosial seperti blog, ruang chat, e-mail, newsgroup dan situs web.

Berikhtiar menghalau informasi yang salah tentu tidak mudah, capek. Penuh onak dan duri, sudah pasti. Tapi inilah cara terbaik yang bisa kita tempuh bersama.


Mmengambil manfaat dari lubang informasi

Sejujurnya, ada beberapa contoh baik terkait lubang informasi ini yang pada akhirnya mengubah tatanan kehidupan, kebiasaan bahkan bangsa. Salah satu fakta yang bisa dihamparkan adalah detik-detik kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Dalam kronologis yang singkat, duo Proklamator Soekarno dan Hatta "diculik" ke Rengasdengklok hingga kemudian "dipaksa" membacakan Proklamasi Kemerdekan di Pengangsaan Timur seluruhnya diawali oleh lubang informasi yang dibuat oleh Pemerintah Jepang.

Di zaman itu saja dengan keterbatasan informasi, ekspresi pengambilan keputusan menentukan arah perjalanan bangsa Indonesia.

Jika saja tidak ada sebagian pemuda indonesia terdidik yang sadar dan paham dengan isi siaran Radio luar negeri terkait kekalahan Jepang dari sekutu tentu saja situasi akan sangat jauh berbeda.

Masihkan kita tetap berputus asa?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com