Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhaimin Menilai "Full Day School" Ganggu Tradisi Pendidikan Nahdliyin

Kompas.com - 07/08/2017, 12:54 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengatakan, warga Nahdliyin, massa Nahdlatul Ulama yang menjadi basis massa PKB, menolak keras kebijakan sekolah lima hari atau full day school yang diterapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.

Menurut Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin, kebijakan yang diterapkan dengan paksaan tersebut sangat berbahaya dan dapat mengganggu pendidikan yang dibangun para kiai dan ulama yang sudah menjadi tradisi, seperti madrasah diniyah atau pondok pesantren.

"Kami semua warga Nahdliyin menolak keras full day school (sekolah lima hari)," kata Cak Imin, di Jakarta, Senin (7/8/2017).

"Kami menolak keras pemaksaan dan penyeragaman Mendikbud melalui full day school yang akan memberangus dan merusak bangunan tradisi yang sudah ada berabad-abad di Indonesia," ujar dia.

Cak Imin mengatakan, sejumlah sekolah di Jawa Tengah yang sudah menerapkan kebijakan ini, menjadi perhatian para kiai dan ulama. Cak Imin mengklaim bahwa para kiai dan ulama resah dengan kebijakan Muhadjir Effendy tersebut.

Dengan adanya program itu, maka dikhawatirkan para siswa tidak lagi bisa mengikuti pendidikan di madrasah diniyah, yang berjalan di luar jam sekolah.

Menurut Cak Imin, dia telah beberapa kali bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo, menyampaikan keresahan para kiai dan ulama atas kebijakan ini. Menurut Cak Imin, Presiden selalu menyanggupi untuk melakukan kajian ulang.

"Saya optimistis akan didengar. Dan Kemendikbud tidak mengeneralisasi kebijakan ini di seluruh tempat," kata Cak Imin.

Dalam kesempatan sama, Sekretaris Jenderal DPP PKB Abdul Kadir Karding mengatakan, telah banyak kajian yang menyebutkan kebijakan sekolah lima hari berdampak terhadap menurunnya aktivitas belajar mengajar di madrasah diniyah dan pondok pesantren.

Namun, Karding tidak menjelaskan lebih lanjut kajian mana saja yang dimaksud.

(Baca juga: "Full Day School" Dinilai Menambah Beban Ekonomi Orangtua Siswa)

Karding hanya mengatakan bahwa peran santri, ulama, madrasah diniyah dan pondok pesantren tidak terbantahkan lagi.

"Buktinya pemerintah mengakui Hari Santri," ucap Karding.

Menurut Karding, peran madrasah diniyah dan pondok pesantren adalah untuk pendidikan karakter. Dia khawatir adanya kebijakan sekolah lima hari justru bertentangan dengan upaya pembangunan karakter.

Selain itu, Karding juga tidak ingin jumlah para santri semakin menyusut. Saat ini, kata dia, ada sekitar 9 juta santri, 7 juta madrasah, dan 8 juta murid TPA.

"Mudah-mudahan bisa mendorong pemerintah mendengar aspirasi dari rakyat untuk mencabut kebijakan Kemendikbud," ucap Karding.

Kompas TV Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membantah tengah mendorong program yang belakangan marak disebut sebagai "Full Day School".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com