Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Pertemuan Prabowo-SBY, Demi Bangsa?

Kompas.com - 29/07/2017, 19:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

 

BEBERAPA hari terakhir ini, linimasa media sosial maupun pemberitaan di media massa dipenuhi pembicaraan mengenai pertemuan Prabowo Subianto-Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pertemuan ini baru dilakukan pada hari Kamis, 27 Juli 2017, namun berita mengenai rencana pertemuan ini sudah ramai dibicarakan bahkan sejak hampir sepekan sebelumnya.

Pertemuan ini ramai dibicarakan mengingat relasi maupun komunikasi kedua tokoh bangsa ini yang tidak bisa dianggap mulus, posisi kedua tokoh sebagai patron politik Indonesia kontemporer, dan dikaitkan dengan perkembangan politik nasional akhir-akhir ini.

Baca juga: Pertemuan SBY-Prabowo Dinilai sebagai Pembilahan Kubu Politik


Relasi masa lalu
Tentunya masih segar di ingatan kita, perbedaan pendapat di antara kedua tokoh tersebut dalam menyikapi Pilkada DKI Jakarta 2017. Rencana koalisi yang sempat dirintis tidak terwujud, karena masing-masing pihak bersikukuh jagoannya harus di posisi cagub.

Padahal, harapan besar sempat disematkan berbagai pihak, agar koalisi kubu SBY dan kubu Prabowo di Pilkada DKI Jakarta 2017 bisa terwujud.

Ini mengingat gubernur petahana di DKI Jakarta posisinya sangat kuat berdasarkan berbagai hasil survei sebelum masuk masa kampanye, dan didukung penuh oleh partai penguasa.

Tentunya membutuhkan koalisi yang solid dan jagoan yang benar-benar kuat untuk bisa mengimbangi petahana.

Komunikasi antara Prabowo dan SBY setelah itu pun kembali merenggang, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada komunikasi di antara kedua pihak.

Apalagi dengan pasang surut pertarungan antarcalon yang mereka usung selama Pilkada DKI Jakarta tersebut, seakan-akan pertempuran terjadi antar pasangan calon yang diusung poros Prabowo dan SBY, bukan dengan petahana, mengingat karakteristik pemilih mereka relatif sama dan beririsan.

Hubungan kedua belah pihak pun sempat terkesan 'diganggu' oleh Presiden Jokowi, yang membuka jalur komunikasi dengan Prabowo. Bahkan, kedua belah pihak saling mengunjungi dalam suasana penuh keakraban. Seakan-akan, menyisakan SBY di kubu terpisah.

Hasil Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran pertama pun menorehkan luka di poros SBY. Mengingat pasangan yang mereka usung, Agus H Yudhoyono-Sylviana Murni yang sampai dengan penghujung 2016 unggul jauh, ternyata dilewati oleh Anies-Sandi yang diusung kubu Prabowo di detik-detik akhir.

Pasangan usungan kubu Prabowo-lah yang melaju ke putaran dua Pilkada DKI Jakarta 2017.

Sempat ada harapan, agar kubu SBY bisa merapat ke kubu Prabowo di putaran dua Pilkada DKI Jakarta 2017. Ini mengingat kedua kubu memiliki idealisme yang sama untuk Jakarta, yaitu menghadirkan kepemimpinan baru di Jakarta, dan konsolidasi di antara kedua kubu sangat diperlukan untuk menghadapi petahana yang masih unggul di putaran pertama.

Hanya, harapan ini tidak berbalas. SBY selaku Ketua Umum Partai Demokrat, tidak mengeluarkan sedikit pun statemen dukungan untuk Anies-Sandi di putaran dua Pilkada DKI Jakarta. Ini diperkuat dengan pernyataan salah satu petinggi Partai Demokrat, kalau Pilkada Jakarta telah usai bagi Partai Demokrat.

Kejadian ini membuka kembali memori pemilihan presiden tahun 2014. Ketika itu, Prabowo berharap SBY memberikan dukungan kepada pasangan Prabowo-Hatta.

Namun, sampai dengan hari pemungutan suara, tidak ada satu pun arahan SBY kepada pendukungnya untuk memilih Prabowo-Hatta. Dan, hasil pilpres 2014 menyisakan cerita pahit bagi Prabowo.

Dengan latar belakang seperti ini, tentunya tidak ada yang menduga bakal ada pertemuan di antara kedua kubu, setelah sekian lama tidak berkomunikasi.

Patron politik nasional
Faktor selanjutnya yang membuat pertemuan Prabowo dan SBY menjadi strategis dan menarik karena baik Prabowo maupun SBY memiliki kekuatan politik yang signifikan dan layak dikategorikan sebagai patron politik maupun guru bangsa. Peran keduanya dalam membangun demokrasi Indonesia, tidak perlu diragukan lagi.

Prabowo dengan Partai Gerindra yang didirikannya pada 6 Februari 2008, merupakan lawan tangguh Presiden Joko Widodo saat pemilihan presiden 2014. Perolehan suara yang terbilang tipis dengan presiden terpilih, menandakan tidak sedikit rakyat yang menaruh harapan pada beliau.

Bahkan, setelah pemilihan presiden 2014, manuver Prabowo bersama Gerindra memimpin Koalisi Merah Putih, sempat membuat koalisi partai penguasa dan Presiden terpilih Joko Widodo kelabakan di parlemen selama hampir setahun pertama pemerintahannya.

Sosok Prabowo sendiri dianggap sukses memimpin Partai Gerindra. Perolehan suara Partai Gerindra di pemilihan umum 2014, mencapai 11,81 persen suara pemilih, dan berada di posisi ketiga.

Prestasi ini merupakan kenaikan yang cukup signifikan, dibandingkan perolehan Gerindra pada pemilihan umum sebelumnya, tahun 2009, dengan perolehan suara 4,5 persen, dan berada di posisi kedelapan.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) melakukan salam komando dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) seusai mengadakan pertemuan tertutup di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7/2017). Pertemuan kedua petinggi partai tersebut di antaranya menyikapi disahkannya UU Pemilu pada Sidang Paripurna DPR pekan lalu, dimana empat fraksi yakni Fraksi Partai Demokrat, Gerindra, PAN, dan PKS menolak penggunaan Presidential Treshold dalam pelaksanaan Pemilu Serentak 2019. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) melakukan salam komando dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) seusai mengadakan pertemuan tertutup di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7/2017). Pertemuan kedua petinggi partai tersebut di antaranya menyikapi disahkannya UU Pemilu pada Sidang Paripurna DPR pekan lalu, dimana empat fraksi yakni Fraksi Partai Demokrat, Gerindra, PAN, dan PKS menolak penggunaan Presidential Treshold dalam pelaksanaan Pemilu Serentak 2019.

Sempat jarang mendapat sorotan publik setelah Koalisi Merah Putih tidak lagi solid di 2015, sosok Prabowo kembali mendapat perhatian setelah terjun langsung mendukung pasangan calon Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com