JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menilai, pertemuan ketua umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto beberapa waktu lalu itu dalam rangka menggalang kekuatan politik untuk Pilpres 2019.
Dalam pertemuan tersebut, menurut Ray, Prabowo dan SBY sama-sama menempatkan partainya sebagai leader dari kelompok oposisi. "Kemungkinan (keduanya) akan mengambil porsi calon RI 1dan RI 2," kata Ray saat dihubungi.
Kemungkinan, lanjut Ray, partai lainnya seperti PAN maupun PKS akan ikut serta dalam ritme politik yang akan dibuat SBY-Prabowo.
Ray melanjutkan, jika dinamikanya demikian, maka tampak jelas ada pembilahan dua kubu politik. Prabowo-SBY seperti mewakili calon pemimpin dengan latar belakang militer, sementara Joko Widodo (Jokowi) mewakili calon pemimpin latar belakang sipil.
"Dalam istilah lain pilpres 2019 seperti memperkuat dua segmen masyarakat calon pemimpin dengan latar belakang militer vs calon pemimpin dengan latar sipil," kata Ray.
Baca juga: Fahri Hamzah Nilai Pertemuan SBY-Prabowo Hanya Simbolis, Tak Konkret
Prabowo menyambangi SBY di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7/2017).
Pertemuan dilakukan setelah beberapa waktu sebelumnya disetujui bahwa ambang batas presiden atau presidential threshold dalam UU Pemilu pada pencalonan presiden-calon wakil presiden sebesar 20 persen kursi DPR atau 25 persen perolehan suara nasional, berdasarkan hasil Pilpres 2014.
Dalam prosesnya, empat fraksi termasuk Demokrat dan Gerindra menginginkan agar ambang batas pilpres adalah 0 persen.