Pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi dengan seluruh masyarakat, perbaikan infrastruktur pendukung, sistem pelayanan yang berbasis customer satisfaction dan perlunya langkah-langkah serius yang terencana dan massif dalam kerangka diplomasi Indonesia.
Setidaknya semua ini sejalan dengan prinsip "total diplomasi" yang dianut oleh pemerintah saat ini. Bahwa kegiatan diplomasi tidak hanya bertumpu kepada pemerintah saja (first track diplomacy), namun juga segenap aktor non-negara dapat melakukan fungsi yang sama sesuai kapasitasnya masing-masing baik masyarakat sipil, militer, parlemen maupun NGO (multitrack diplomacy).
Diplomasi total merupakan negosiasi yang menyangkut berbagai aspek bukan hanya membangun pendekatan terkait bidang-bidang yang bersifat politis, tetapi juga dalam peningkatan investasi, perdagangan, kesempatan kerja, agama, budaya, sosial, pariwisata dan semua sektor kehidupan.
Meneguhkan positioning
Raja Salman dan Obama memberikan signal khusus dalam aspek komunikasi antarbudaya, bahwa Indonesia memiliki modal sosial yang sangat baik dalam komunikasi dan diplomasi yang efektif.
Modal sosial yang telah ada selama ini sesungguhnya tidak menghambat interaksi kita dengan dunia luar, namun telah meneguhkan positioning Indonesia sebagai negara yang welcome dengan budaya lain sepanjang sesuai dan mampu memberikan kontribusi positif.
Menukil konsep Taylor dan Simard dalam buku Communication with Strangers, An Approach to Intercultural Communications yang mengatakan bahwa komunikasi seseorang dengan latar belakang budaya yang berbeda akan sama efektifnya dengan seseorang yang berasal dari budaya yang sama.
Kunjungan itu menunjukan tidak perlu ada kekhawatiran kesenjangan komunikasi sepanjang adanya kesepahaman. Hal ini ditegaskan kembali oleh William B Gudykunst dan Young Yun Kim dalam literatur yang sama bahwa salah satu faktor utama yang memengaruhi komunikasi berjalan efektif adalah kemampuan kita untuk memahami budaya yang berbeda.
Dalam titik ekstrem, ethnocentrism mendorong cara pandang budaya sendiri merupakan jalan yang paling benar (right) sedangkan yang lainnya salah (wrong).
Berdasarkan konsep tersebut, rasanya bangsa kita selama ini sudah cukup mampu melewati jebakan ethnocentrism tersebut. Karena secara alamiah telah hidup dalam budaya yang berbeda dengan lebih 300 bahasa daerah, dalam satu ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada akhirnya, penulis berharap seluruh simpul potensi baik dari kunjungan kedua tokoh tersebut mampu diinventarisasi secara maksimal agar dapat memberikan nilai tambah (added value), keunggulan kompetitf (competitive advantage), dan nilai pasar (market value) bagi positioning Indonesia di tingkat global. Semoga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.